Tengah malam jalanan di kawasan utara Surabaya terasa giris mencekam. Jalanan sepi senyap, sesekali melintas buruh-buruh pelabuhan Kalimas hendak pulang ke rumah.
Gerben berjalan membungkuk, mengendap-endap tak jauh dari sebuah gudang. Tak berselang lama, tiga orang berbaju serba gelap mendekati Gerben. Seseorang dari mereka berbisik padanya.
“Persis seperti Meneer katakan. Malam ini hanya ada dua penjaga saja. Tidak ada havenpolitie.” Gerben pun mengangguk sumringah.
“Cepat lekas periksa barang bawaan kalian. Kita bakar habis gudang dan segala isinya. Jangan sampai ada sisa,” perintah Gerben. Tiga orang itu lekas memeriksa minyak tanah, korek api, parang. “Semua sudah siap Meneer.”
“Bawa revolver ini. Kalau mereka menyerang kalian, bunuh saja.” Dengan jantung berdebar kencang, Gerben melihat tiga orang perewa suruhannya berjalan cepat menuju sebuah gudang besar.