Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #35

8

Tidak lama lagi kereta api malam dari stasiun Secang Magelang hendak singgah terlebih dahulu di stasiun Tugu Yogyakarta dan mengakhiri perjalanannya di stasiun Klaten. Menurunkan penumpang yang sudah terlelap lelah.

Di gerbong kelas satu, Zentgraaff masih terjaga, duduk melamun. Mantel tebalnya tak mampu meredam dinginnya udara malam. Sialnya rokok miliknya sudah habis is sesap selama perjalanan.

Lamunannya pudar lantaran Frykenberg menghampirinya. Zentgraaff terpaksa mempersilahkannya duduk berhadapan. Seperti tahu sebersit keresahan Asisten Residen itu, Frykenberg mengeluarkan bungkus rokok mahal, menawarkan pada Zentgraaff yang disambut rasa canggung.

Dari pada mati kedinginan lebih baik mencicip barang sebatang, pikir Zentgraaff. Keduanya kini saling menghambur-hamburkan asap rokok menyesaki gerbong. Beruntung tak banyak orang berada di gerbong kelas satu itu.

Kerut-kerut letih nampak di wajah mereka berdua usai seharian menghadiri rapat dengan para petinggi Nederlansche Handels Mastschappij di Semarang. Aroma sedap gurih tembakau sanggup meredakan ketegangan serta kemarahan selama rapat.

Pertemuan itu sengaja digelar untuk menyelesaikan perseteruan melelahkan masalah pabrik gula, perkebunan tebu, pertanian, dan urusan buruh di Karesidenan Surakarta.

“Saya dan serikat pengusaha perkebunan tidak bermaksud melawan Mijnheer,” ucap Frykenberg memulai percakapan.

Lihat selengkapnya