Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #52

15

Sejak semalam Severine tak lepas dariku. Dipeluknya tubuhku seperti bayi dalam gendongan ibunya. Pelukannya semakin erat disertai derai air mata sedari pagi tadi saat aku mengemas barang-barangku. Begitu pun saat naik kereta kuda.

Sampai di pelabuhan Semarang, tangisnya semakin kencang, air matanya seperti tak ada surutnya, saat kami berdua berdiri menatap sebuah kapal siap berangkat.

“Kumohn Viona, jangan pergi, tetaplah di sini, kumohon,” bujuk Severine, suaranya hampir habis lantaran tangisnya tak kunjung mereda. Aku mengusap rambut merahnya, kukecup keningnya, hangat sekali.

Aku sudah mempersiapkan hatiku menghadapi perpisahan ini jauh hari sebelumnya. Kukuatkan hatiku. Untuk kesekian kalinya aku harus menghadapi perihnya perpisahan.

Selama bersama Severine, aku merasa ia bukan teman kerjaku lagi, lebih dari itu. Aku seperti menemukan seorang adik. Merasai bagaiman ia bermanja-manja denganku persis saat aku bermanja dengan kakak dan mamaku.

Lihat selengkapnya