Sasaran kedua di rancang sangat rapi olehku dan Katelijne. Si pembunuh kedua ini dulunya seorang anggota serikat buruh di kota Dordrecht, selatan Rotterdam. Para buruh memanggilnya Roeland.
Katelijne sudah lama tahu kalau Roeland merangkap menjadi mata-mata veiligheidspolitie. Katelijne mengatakan urusan dia dan Roeland biar jadi kerjaannya. Ia hanya memintaku mendekati Roeland, masuk lewat serikat pelajar dan buruh.
Aku pun harus mengambil Severine, perempuan muda asal Prancis, berbakat menulis cerita pendek di surat kabar, seorang penyuka sastra. Tulisannya dimuat di beberapa surat kabar atas namaku. Cara itu ampuh menarik perhatian anggota serikat.
Melalui seorang jurnalis bernama Jan, tempat tulisan Severine dimuat di surat kabarnya, aku dipertemukan dengan Yudhistira, salah satu pimpinan serikat pelajar dan buruh. Dari situ aku diajak ke pertemuan mereka.
Di sana lah aku bertemu Roeland. Anggota serikat mengajakku membantu gerakan mereka, memasok tulisan-tulisan untuk diterbitkan.
Nampaknya kedatanganku malam itu langsung membuat Roeland si pendiam, terpesona. Ia dan kawannya bernama Mikhael, mengantarku pulang. Saat hendak berpisah nampaknya ia mendengar Mikhael berbisik mengajakku bertemu untuk makan malam.