Derap kaki-kaki kuda meluncur secepat kilatan badai. Berdesak bergelut mengitari lapangan berbentuk oval, dibarengi sorak teriakan penonton dari pinggir lapangan.
Sorak raung kecewa saat melihat kuda jagoan mereka tertinggal. Sorak girang terpancar cerah dari raut wajah penonton saat kuda mereka melaju tak terkejar di garis depan. Begitulah riuhnya balap kuda siang ini.
Di tribun atas, orang-orang kaya bersemayam melihat kuda taruhan mereka. Semakin menegang balapan semakin meninggi taruhannya. Di antara orang-orang kaya meneriaki kuda jagoan mereka, Prawiragung dan Arhend Coenraad sengaja duduk agak belakang. Mereka berdua tak perlu khawatir jagoan mereka kalah.
“Nampaknya semua berjalan lancar Mijnheer Arhend,” ujar Prawiragung, mulutnya mengunyah dua butir buah anggur. Arhend Coenraad tersenyum puas mendengarnya.
Van Haselling selalu bisa diandalkan untuk urusan seperti itu. Aku tak sia-sia melindunginya dari petinggi Residentiegerecht yang mencurigainya sejak dulu, terang Arhend Coenraad berbangga diri.