Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #71

14

Kedua kakiku baru menjejak rerumputan, turun dari dokar, saat kulihat di depan rumah penginapan dua perempuan sedang duduk. Ketika melihatku mereka berdua serentak berdiri.

Aku hanya mengenal satu perempuan yang kini berjalan menghampiriku. “Zella, sudah lama menunggu?” tanyaku. Zella mengangguk sambil tersenyum sumringah. Aku melirik perempuan Sunda yang masih terduduk menunduk. Seolah ia acuh menikmati cerahnya siang ini.

“Habis dari mana? Tumben tidak pakai kudamu,” tanya Zella sambil berjalan menuju rumah. Aku sekilas melirik perempuan Sunda itu. Ia tak mempedulikan kehadiranku.

“Urusan perkebunan,” jawabku.

“Kau seperti kakakku saja Viona. Hidupnya hanya untuk mengurusi perkebunan saja,” sela Zella. Ia nampak sebal mendengar urusan perkebunan.

Zella sempat bercerita padaku tentang ketidaksukaan pada kakaknya. Kalau urusan perkebunan teh atau kopi, kakaknya akan memberikan seberapa pun besarnya. Namun kalau tidak ada sangkut pautnya dengan perkebunan, jangan harap ia akan berbaik hati pada saudaranya sendiri.

Aku lekas membuka pintu, mempersilahkan Zella dan perempuan itu masuk. Langkahnya tersaruk lemah. Zella mengajaknya duduk, mengambilkan minum.

“Sudah sembuh Wigati?” tanyaku. Aku baru teringat, rupanya perempuan ini pernah aku dan Zella tolong di jalan sepi.

Aku memang baru sekali mengunjunginya di rumah sakit. Mungkin Wigati tak tahu, lantaran ia tidur saat aku menjenguknya.

Hampir saja aku salah menyebut namanya, lantaran wajahnya mirip seseorang.

Lihat selengkapnya