Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #72

15

Untuk kali pertama, Wigati menyesap pengapnya aroma lorong-lorong Politiebureau. Membuat tenggorokannya tercekak sesak.

Wigati duduk gelisah tak tertahankan. Dalam hatinya ia masih tak menyangka bagaimana cara perempuan itu membuat para petinggi veiligheidspolitie membolehkan Wigati menemui suaminya.

“Wigati?” terdengar suara lirih dari belakang, membuat Wigati bergidik gemetar. Ia menoleh, matanya membelalak bulat melihat suaminya berdiri lemah. Sesaat ia terdiam hampir tak mengenali Arya. Tubuhnya kurus, ada luka lebam di mulut serta pipi kanannya.

Arya berusaha tersenyum melihat istrinya.

Wigati berlari mendekap suaminya. Kerinduan membuncah kuat tak terbendung, begitu pun juga Arya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya memudar saat merasakan kehangatan istrinya yang sudah berhari-bari terpisah dari jiwanya.

Arya lantas mengajak istrinya duduk, mengatakan pada istrinya waktu kunjungan mereka tidak banyak. Wigati yang hendak menceritakan susah payah menemui Arya namun urung ia lakukan.

“Wigati, perkaraku tidak semudah kubayangkan. Kemungkinan aku bebas amatlah kecil. Mereka punya banyak bukti untuk memenjarakanku.”

Lihat selengkapnya