Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #81

24

Aku membelai rambut pirangnya, sedikit berombak, terasa lembut. Membuatku teringat saat-saat ia menemaniku dalam duka kesedihan. Dahulu belaian halus tangannya sanggup menenangkanku, kini tangan itu terkulai lemah, rapuh tak berdaya. Seumpama waktu itu ia tak ada di sisiku, aku tak tahu apakah sanggup membalas semua kematian keluargaku.

“Air,” ucapnya lirih. Ia terbangun, matanya terbuka seperempat.

“Sebentar, aku ambilkan minum, Stella.” Aku berdiri menuangkan minum dalam gelas. Berhati-hati membantunya meneguk air minum lantaran tubuhnya sangat lemah. Ia mencoba menyungging senyum namun hanya bertahan sesaat.

“Liestje,” panggil Stella. Suaranya lirih membuatku pedih.

Tengah malam kemarin, saat aku menjaganya, tiba-tiba ia terbangun menggeliat. Di antara remang cahaya, kedua bola matanya tertuju padaku, terpaku cukup lama. Kuberanikan diri memanggil namanya. Bibirnya bergetar hebat disertai kucuran air mata.

“Aku sudah tahu kau pasti Liestje, saat berjumpa denganmu pagi itu. Oh Liestje,” ucap Stella terbata. Gerimis air mata menghampiri kami berdua.

Perlahan aku ceritakan padanya bagaimana aku bertahan hidup setelah kepergiannya, sampai akhirnya aku ke Jawa seorang diri.

“Lantas, bagaimana kau masih bisa hidup? Padahal saat itu aku mendengar suara tembakan dan lumuran darah di lantai. Aku kira kau sudah mati dibunuh mereka,” tanyaku. Stella mendesah agak berat. Lelehan air mata masih menghinggapi pipinya.

Stella pun menceritakan kejadian sesungguhnya. Hari mengerikan itu tak pernah Stella lupakan.

 

***


Saat itu dua orang mendobrak masuk ke rumah. Beruntung Stella sudah menyembunyikanku. Ia menghadapi dua orang pembunuh sendirian.

Rupanya mereka berdua menginginkan catatan yang dicuri paman Rudolf dari salah satu otak pembunuh keluargaku. Lantaran tidak mau, mereka menghajar Stella. Ia mencoba melawan namun berakhir babak belur. Hampir saja ia terbunuh lantaran seseorang dari mereka menarik pelatuk revolver.

Lengan kanan Stella berlumur darah lantaran tertembak. Tubuh lemahnya diseret, dibawa dengan kereta kuda. Ia disekap di gudang dekat pelabuhan.

Lihat selengkapnya