Senja pagi berpendar kirana. Kubuka jendela kamar penginapan baruku. Semalam aku terpaksa singgah sesudah meninggalkan Bandung menuju tempat tujuanku.
Hidungku menyesap kesejukan pagi bercampur balut kabut seputih awan. Sebuah kursi di balkon sangat padu untuk menikmati heningnya pagi.
Saat kabut perlahan memudar mataku membelalak. Memandang hamparan perkebunan teh. Seperti lautan hijau. Luas sekali. Hamparan hijau perkebunan teh kala pagi berkabut membuatku tersihir terdiam.
Sambil terus menyesap aroma pagi aku membuka surat kabar baru datang. Di halaman depan tercetak dua berita besar.
Berita pertama terkait kebakaran hebat di rumah mewah. Seorang juragan teh dan kopi. Kebakaran meluluh musnahkan semuanya. Menewaskan seorang juragan kaya bernama Kertaya, si punya rumah.
Rupanya veiligheidspolitie belum menemukan penyebab kebakaran besar itu. Mereka masih menduga penyebabnya lantaran salah satu lampu minyak tumpah diterjang tikus.
Akhirnya pembalasan Niels dan Dewi akhirnya terwujud juga.
Jauh hari sebelum mereka berdua membakar rumah Kertaya, tanpa kuduga Dewi dan Niels datang menemuiku malam-malam di rumah penginapan.
“Aku sudah lama menantikanmu, si bunga Dahlia Merah,” seru Dewi. Aku tersentak kaget mendengarnya. Ia menyodorkan semua potongan berita dari berbagai surat kabar tentang perbuatanku di Surabaya, Karesidenan Surakarta, dan Semarang. Rupanya selama ini ia sangat tekun mengumpulkan berita pembunuhan yang melibatkan si bunga Dahlia Merah.
Niels ikut memperkuat semua bukti. Usai aku datang ke studio fotonya, diam-diam ia mengikutiku, mengorek semua tentangku dari Zella.
“Lantas apa yang kalian inginkan? Mau melaporkanku ke veiligheidspolitie?”
“Justru aku ingin meminta pertolonganmu membalaskan kematian anak kami,” ujar Dewi.
***
Dewi dan Niels lantas membuka tragedi pilu yang sempat membuat Dewi gila hendak bunuh diri. Tak banyak tahu bahkan Zella dan keluarganya, kalau Dewi dan Niels diam-diam mempunyai seorang anak. Hasil buah cinta mereka sebelum Niels terpaksa meninggalkan keduanya dan menikah. Mereka tak menceritakan padaku sebab mereka musti berpisah.
Tragedi pilu kematian anak Dewi dan Niels terjadi begitu cepat dan mengerikan.
Saat larut malam Dewi sedang membantu seorang ibu tengah sakit parah. Ia terpaksa meninggalkan anaknya tidur sendirian di rumah. Bersebelahan dengan panti asuhan.