Apakah mata dan telingaku membuta serentak? Sudah gilakah aku ini? Bukankah nama dan wujud itu sudah lama meniada bertahun-tahun lampau? Terkubur jauh sejak saat itu. Ketika aku meneriakkan namanya bercampur lelehan air mata.
Selama itu aku masih dihantui wajahnya. Entah memang dirinya atau wajah laki-laki di depanku ini hanya kebetulan sama. Namun sorot matanya masih kuat kurasakan. Getaran tangannya mengalir hebat, menyengat kuat.
Laki-laki di hadapanku barusan mengenalkan dirinya. Berbalut wajah tegang dan bibir bergetar. Entah mengapa hatiku meletup-letup resah. Kucoba menepis sejenak kelebat-kelebat kenangan.
“Senang bertemu denganmu Hanz. Perkenalkan namaku Viona,” jawabku. Mendengar namaku wajahnya bingung seketika.
“Viona?”