Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #94

11

 “Sudah siap Ginanti?” Tanyaku pada Ginanti saat menunggu kereta kuda.

Hari ini aku sengaja mengajak Ginanti ke pembukaan pameran lukisan. “Sudah Viona,” ucapnya sambil memeriksa sesuatu di tasnya.

Sesampainya di gedung Harmonie, sudah berjejal penuh tamu undangan. Dari cerita Ginanti aku sedikit tahu kalau pameran tahunan ini tidak sembarang orang diundang. Lukisan yang dipamerkan tak hanya dari pelukis Hindia Belanda saja namun menjangkau dari Eropa, Asia, juga sebagian Amerika.

“Coba lihat di sana Viona,” ucap Ginanti. Tangannya menunjukkan ke arah ruang sebelah utara dekat sebuah lukisan besar.

Aku melihat Savina sedang berbincang mesra dengan para tamu di samping sebuah lukisan besar itu. Pesona perempuan muda itu membuat siapa pun tersedot terpikat.

“Baru pertama kali ini aku melihat dia pergi ke pameran lukisan. Walau pun Savina petinggi Societeit de Harmonie, ia lebih suka berjudi daripada pergi ke pameran lukisan. Selama aku bekerja dengannya, di rumah mewahnya tidak ada satu pun lukisan terpasang,” ungkap Ginanti penuh curiga melihat Savina tertawa puas bersama para tamu pameran. Aku ikut-ikutan memperhatikan setiap gerak tubuh perempuan kaya itu.

“Viona.”

Seseorang memanggilku dari belakang. Membuat hatiku tergetar. Suara sapaan itu masih sama seperti dahulu. Hanz menghampiri kami. Wajahnya dipenuhi pancaran senyum. “Aku sangat senang sekali kau mau datang ke pembukaan pameran ini,” ungkapnya.

“Mana mungkin aku menolak undanganmu Hanz.”

Wajahnya merona seketika. Aku mengenalkan Ginanti padanya. Rupanya ia sudah tahu Ginanti. Kata Hanz dulu sering makan di restoran tempat Ginanti masih menjadi kepala juru masak. Kerap memesan makanan untuk cara pesta di sekolahnya.


***

Lihat selengkapnya