Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #103

20

“Tahukah kalau aku yang membunuh Professor Marinus dan Mijnheer Werner,” ucap Brisle. Raut wajahnya nampak sangat tenang. Sedangkan Savina melongo kaku. Seketika tubuhnya gemetaran. “Simpan dulu kemarahanmu padaku. Biar aku selesaikan ceritaku.”

Brisle membenarkan letak duduknya, supaya enak untuk bercerita.

Dimulai dari sosok ayahnya, Sjef Rutjger. Ia seorang pelukis realisme. Lukisannya memang mengagumkan, namun lukisan itu membuatnya dibenci para pelukis lain.

Wujud lukisan Sjef Rutjger sangat berseberangan dengan para pelukis terkemuka di Hindia Belanda kebanyakan. Namun ada satu orang pelukis sangat menghargai karyanya, ialah Professor Marinus, sekaligus teman mengajarnya di sekolah lukis.

Pada suatu kesempatan, Marinus membujuk Sjef Rutjger bergabung menjadi anggota Societeit de Harmonie. Ia hendak mengenalkannya pada orang-orang kelas atas Eropa di Batavia.

Awalnya Sjef Rutjger selalu menolak. Ia merasa tak cocok dengan gaya hidup orang-orang Eropa di Societeit de Harmonie. Apalagi banyak orang tak suka dengannya. Namun dia akhirnya luluh, lantaran Marinus sering mengatakan padanya. Kalau terus menutup diri, bagaimana bisa diterima dan dihargai orang lain. Ini semua demi kebaikan posisimu sebagai kepala pengajar. Begitu kata Marinus pada Sjef Rutjger.

Suatu malam pesta di gedung Harmonie, Sjef Rutjger tak sengaja mendengar percakapan dua laki-laki saat ia sedang di dalam kamar mandi. Sebuah percakapan tak seharusnya ia dengar. Tak semestinya ia tahu.

Sebuah rahasia tersembunyi dari pembangunan gedung baru Harmonie. Rupanya tujuan gelap pembangunan gedung kesenian Harmonie bukanlah untuk menggelar pameran, pertunjukan teater, orkestra atau pertunjukan apapun.

Lihat selengkapnya