Dahlia Merah di Penghujung Abad

tuhu
Chapter #104

21

Brisle menjeda ceritanya. Nafasnya naik turun lantaran menekan amukan kemarahan. Ia meneguk air putih. Savina terbengong membisu mendengar seluruh alur cerita yang keluar dari mulut gadis muda itu.

“Waktu kematian ayahku. Aku baru menginjak umur lima belas tahun. Aku menjadi murid paling berbakat di sekolah tempat ayahku mengajar. Kematiannya menghancurkan hidup mudaku,” ujarnya. Ia mengusap lelehan air mata. “Usai kematian ayahku, Professor Marinus membiayai sekolahku sampai aku diangkat menjadi pengajar di sekolah, menggantikan ayahku mengajar. Dan suatu hari aku tak sengaja membaca catatan harian ayahku di kamarnya. Kutemukan semua rahasia yang hendak ayah ungkap. Aku pakai catatan harian ayahku untuk mengungkap siapa pembunuhnya. Perlahan semua terkuak setelah sekian lama aku mencari sendiri siapa pembunuh ayahku. Tidak lain adalah persekutuan tiga anggota lama Societeit de Harmonie, sekaligus orang kepercayaan Tuan Resident, yaitu Werner, Henk, dan Professor Marinus. Mereka menyuruh kusir kereta kuda Werner dan Professor Marinus. Ditambah dua parewa untuk membunuh ayahku.”

Brisle melirik tajam Savina yang memuram merah wajahnya. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana bisa Werner, Henk, dan Marinus membunuh ayah Brisle. Kurang ajar. Selama ini uang yang kusumbangkan untuk pembangunan gedung baru, dimanfaatkan Werner, Henk, dan Marinus untuk kebusukan para pimpinan Societeit de Harmonie dan Tuan Resident, gerutu Savina, meradang marah dalam hati.

“Lantaran kematian mereka bertiga, membuat Inspektur Baron memburumu. Kau dicurigai membunuh temannya. Untuk membungkam mulut Inspektur Baron dan menjauhkanmu dari tuduhan keji, membunuh Inspektur Baron adalah jalan satu-satunya. Menyingkirkan orang seperti Inspektur Baron bukan perkara sulit bagimu. Bukankah begitu Savina?” ungkap Brisle.

Lihat selengkapnya