Daijoubu?

Kinarian
Chapter #13

Satu Kesempatan

Dua tahun yang lalu.

Ferdi berdiri menatap sekelilingnya sambil berkacak pinggang. Entah sudah berapa lama dia berdiri di dekat ayunan samping warung kecil itu hanya untuk menunggu Rama dan Putra. Mereka memang sudah berjanji akan bermain bola di pinggir pantai menjelang sore ini. Namun, sampai Ferdi kesemutan, kedua orang itu tak datang juga.

“Yaelah, ini dua makhluk ke mana, sih? Lama amat ketimbang beli bola doang, udah kayak beli kepastian.” Ferdi mengomel dan memilih duduk di ayunan daripada sepulang berlibur harus ke dokter karena terkena varises.

“Toloong! Tolong!”

Belum lama Ferdi duduk di ayunan, dia dikejutkan oleh suara seseorang dari arah belakang. Tampak seorang cewek berlari melewati tempat Ferdi berada sambil berteriak meminta tolong. Di belakang cewek itu terlihat seekor anjing berbulu cokelat sedang mengejar dengan sesekali menggonggong kecil. Sejenak, Ferdi terpaku mengamati kejadian yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Cewek itu berlari hanya karena seekor anjing kecil jenis norwich terrier? Hm, menurut Ferdi, itu menggemaskan dan lucu!

“Maaf, Dik. Maaf karena anjing saya lepas dan mengejar kamu,” ujar seorang wanita paruh baya yang menghampiri cewek tadi dengan ekspresi bersalah. Rupanya, dia pemilik anjing tersebut.

“Sekali lagi maaf, ya,” sambungnya, karena cewek yang kini terduduk lemas di hadapannya itu tidak berkata apa pun.

Ferdi terus mengamati gerak-gerik keduanya dari ayunan. Sesekali dia tersenyum dan mengalihkan pandangan pada wajah cewek yang mulai terlihat tenang.

“Cantik,” gumamnya, lalu berdiri hendak mendekati kedua perempuan yang masih mengobrol. Di sekitar mereka juga ada beberapa orang yang memperhatikan, seolah keduanya sedang bermain peran.

“Heh! Lo mau ke mana? Nih, gue udah bawa bolanya.” Suara Putra menghentikan langkah Ferdi yang hendak meninggalkan tempat itu. Akhirnya Putra dan Rama datang setelah membuat Ferdi hampir terbunuh bosan.

“Dari mana aja, sih? Lama banget!” omel Ferdi. Begitulah cowok yang juga berstatus sebagai adik Putra dan kakak Rama ini. Selain hobi bermain bola, Ferdi juga hobi mengomel. Terlebih lagi pada Putra, kakaknya.

“Tadi habis nunggu tamu kehormatan dulu.” Rama menyengir lebar menatap Ferdi penuh arti.

Kening Ferdi mengernyit. “Siapa?”

Sesaat setelah bertanya, Ferdi dikejutkan oleh kehadiran seorang wanita paruh baya yang muncul dari arah penginapan mereka. Wanita paruh baya itu tersenyum dan berdiri di antara Putra dan Rama.

“Mama? Kok Mama ada di sini?” Ferdi membelalak, karena saat diajak berlibur bersama, mamanya menolak dengan alasan ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

“Ya emangnya lo tega, ninggalin Mama sendirian di rumah? Emang, ya, ada bibit durhakanya!” seru Putra, memukul lengan Ferdi.

“Udah, nggak usah berantem. Ayo, katanya kalian mau main bola. Sana, keburu sore banget.” Orang tua tunggal yang begitu menyayangi ketiga anaknya itu tersenyum. Ditatapnya ketiga anak laki-lakinya yang semakin tumbuh dewasa.

“Mama mau ikut main?” Rama mengalihkan pandangan sekilas, sebelum bergabung dengan dua kakaknya.

“Enggak. Mama lihat kalian aja. Udah, sana. Nanti kakak-kakakmu ngambek.”

Akhirnya Rama bergabung seraya melambaikan tangan pada mamanya. Perlahan benda bundar itu ditendang oleh Ferdi dan mengenai kaki Putra. Mereka terus saling memberi operan sampai Ferdi kembali terpaku melihat kedatangan cewek yang sempat menarik perhatiannya tadi. Cewek itu datang bersama seorang wanita paruh baya seusia mamanya dan duduk menghadap ke arah matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

“Rama! Ya Allah, Rama!!” pekik mama Ferdi langsung mengalihkan perhatian Ferdi ke arahnya lagi. Wanita itu berdiri sambil meronta dalam pelukan Putra, ditambah lagi beberapa orang sudah berkerumun di sisi pantai. Apa yang terjadi?

Lihat selengkapnya