Setelah satu tahun berlalu, aku melakukan pemeriksaan faal hati di rumah sakit dan dokter spesialis yang membaca hasil rekam medikku mengatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT-ku normal. Meskipun demikian aku tetap harus waspada terhadap ancaman sirosis dan kanker hati. Artinya aku tetap harus disiplin makan makanan sehat yang tinggi protein rendah lemak. Aku juga harus menghindari stres. Karena, stres dapat memantik virus hepatitis B kembali menyerang tubuhku. Bahkan stres dapat membuat ancaman sirosis dan kanker hati semakin kuat membayangi hidupku. Namun, beberapa hari ini berbagai masalah menimpaku. Aku belum mendapatkan panggilan pekerjaan. Padahal aku sudah mengirimkan setumpuk lamaran pekerjaan ke sejumlah instansi. Ibu pergi ke Jakarta untuk menjenguk Bapak yang bekerja di Jakarta selama sebulan. Maria sahabatku pulang ke kampung halamannya di Sidoarjo. Sehingga tidak ada lagi teman untuk berbagi dan menemani kesibukanku di Asy--Syifa. Semua itu membuatku stres.
Daripada semakin stres memikirkan masalahku yang menumpuk lebih baik aku mendekam di mihrabku. Mihrab adalah ruang khusus untuk ibadah di sudut kamarku. Di mihrab aku biasa healing. Di sini juga aku melakukan berbagai hal yang aku suka. Aku membuka-buka Al-quran terjemahan, membaca buku-buku karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, menulis sambil membiarkan pikiranku menmgembara dan berkeluh-kesah kepada-Nya, Zat yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesahku. Meskipun sejuta kali aku berkeluh kesah kepada-Nya.
Setelah kira-kira lima belas menit mendekam di mihrabku, Nenek Kha muncul di ruang imajinasiku. “Hai Annisa! Apakah kamu masih bermimpi ingin menjadi hamba yang dicintai-Nya?.”
“Insya Allah masih Nenek Kha. Bahkan tekadku semakin bulat.” Hatiku menjawab.
“Agar langkahmu untuk mewujudkan mimpimu itu terarah, cobalah baca surat Ali Imran ayat 42.”
“Baik Nenek Kha.” Aku menjawab sambil membuka kitab Al-Quran terjemahan yang ada di atas meja. Lalu aku membaca terjemahan surat Ali Imran ayat 42.
“Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, ” Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).”
“Apa hikmah yang dapat kamu petik setelah membaca surat Ali Imran ayat 42?’
“Bunda Maryam adalah contoh hamba yang dicintai-Nya dari kalangan wanita.”
“Kalau begitu fokuslah menjalani peranmu sebagai hamba yang dicintai-Nya seperti bunda Maryam binti Imran. Kalau bisa baperlah kepada-Nya.”
“Baper kepada-Nya?”
“Ya. Hiduplah seolah-olah kamu juga termasuk hamba yang dicintai-Nya.”
“Menjalani hidup seolah-olah aku termasuk hamba yang dicintai-Nya?”
“Ya Annisa. Baperlah kepada-Nya.”
“PD banget.”
“Apa salahnya? Jika dengan cara itu kamu bisa menghayati peranmu sebagai hamba yang ingin dicintai-Nya dan hal itu membuat kamu semakin mencintai-Nya di atas segalanya. Apa kamu tidak ingin menjadi jomblo keren seperti Maryam. ”
“Maryam ibunda nabi Isa?
“Ya. Selagi masih gadis fokuslah beribadah kepada-Nya seperti Maryam.. Bergaullah dengan wanita-wanita yang shalihah. Lakukan perbuatan-perbuatan yang diridha-Nya. Tinggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci-Nya.
“Meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci-Nya? Contohnya apa?”
“Ya, misalnya pacaran. Karena pacaran identik dengan mendekati zinah. Lebih baik kamu menjadi jomblo daripada....”
“Tapi, aku belum mempunyai calon suami? Kalau nanti aku menjadi perawan tua seperti si fulanah, bagaimana?”
“Tak mengapa menjadi perawan tua. Asal kehormatan dirimu tetap terjaga. Semoga Allah ta’ala selalu menjagamu dan segera memberimu jodoh yang saleh.”