Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #7

Surat Nenek Kha

Setelah satu tahun berlalu, aku melakukan pemeriksaan faal hati di rumah sakit dan dokter spesialis yang membaca hasil rekam medikku mengatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT-ku normal. Meskipun demikian aku tetap harus waspada terhadap ancaman sirosis dan kanker hati. Artinya aku tetap harus disiplin makan makanan sehat yang tinggi protein rendah lemak. Aku juga harus menghindari stres. Karena, stres dapat memantik virus hepatitis B kembali menyerang  tubuhku. Bahkan stres dapat membuat ancaman sirosis dan kanker hati semakin kuat membayangi hidupku. Namun, beberapa hari ini berbagai masalah menimpaku.  Aku belum mendapatkan panggilan pekerjaan. Padahal aku sudah mengirimkan setumpuk lamaran pekerjaan ke sejumlah instansi. Ibu pergi ke Jakarta untuk menjenguk Bapak yang bekerja di Jakarta selama sebulan. Maria sahabatku pulang ke kampung halamannya  di Sidoarjo. Sehingga tidak ada lagi teman untuk berbagi dan menemani kesibukanku di  Asy--Syifa.   Semua itu membuatku stres. 

Daripada semakin stres memikirkan masalahku yang menumpuk lebih baik aku mendekam di mihrabku. Mihrab adalah ruang khusus untuk ibadah di sudut kamarku. Di mihrab   aku biasa healing. Di sini juga aku melakukan berbagai hal yang aku suka. Aku  membuka-buka Al-quran terjemahan, membaca buku-buku karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, menulis sambil membiarkan pikiranku menmgembara dan berkeluh-kesah  kepada-Nya, Zat  yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesahku. Meskipun sejuta kali aku berkeluh kesah kepada-Nya. 

Setelah kira-kira lima belas menit mendekam di mihrabku, Nenek Kha muncul di ruang imajinasiku. “Hai Annisa! Apakah  kamu masih bermimpi ingin menjadi hamba yang dicintai-Nya?.” 

“Insya Allah masih  Nenek Kha. Bahkan tekadku semakin bulat.” Hatiku menjawab.

“Agar langkahmu untuk mewujudkan mimpimu itu terarah, cobalah  baca surat Ali Imran ayat 42.”

“Baik Nenek Kha.” Aku menjawab sambil membuka kitab Al-Quran terjemahan yang ada di atas meja. Lalu aku  membaca terjemahan surat Ali Imran ayat 42.

“Dan (ingatlah)  ketika  para  malaikat  berkata,  ” Wahai  Maryam!  Sesungguhnya  Allah telah  memilihmu,  menyucikanmu,  dan  melebihkanmu  di  atas  segala  perempuan  di  seluruh  alam (pada masa itu).” 

“Apa hikmah yang dapat kamu petik setelah membaca surat Ali Imran ayat 42?’

“Bunda Maryam  adalah contoh hamba yang dicintai-Nya dari kalangan wanita.”

“Kalau begitu fokuslah menjalani peranmu sebagai hamba yang dicintai-Nya seperti  bunda Maryam binti Imran. Kalau bisa baperlah kepada-Nya.” 

“Baper kepada-Nya?”

“Ya. Hiduplah seolah-olah kamu juga termasuk hamba yang dicintai-Nya.”

“Menjalani hidup seolah-olah aku termasuk hamba yang dicintai-Nya?”

“Ya Annisa. Baperlah kepada-Nya.” 

“PD banget.” 

“Apa salahnya? Jika dengan cara itu  kamu bisa menghayati peranmu sebagai hamba yang ingin dicintai-Nya dan hal itu membuat kamu semakin mencintai-Nya di atas segalanya. Apa kamu tidak ingin menjadi  jomblo keren seperti Maryam. ” 

“Maryam ibunda nabi Isa?

“Ya. Selagi masih gadis fokuslah beribadah kepada-Nya seperti Maryam.. Bergaullah dengan wanita-wanita yang shalihah. Lakukan  perbuatan-perbuatan  yang diridha-Nya. Tinggalkan  perbuatan-perbuatan  yang  dibenci-Nya.

“Meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci-Nya? Contohnya apa?” 

“Ya,  misalnya pacaran. Karena pacaran identik dengan mendekati zinah. Lebih baik kamu menjadi jomblo daripada....”

“Tapi, aku  belum  mempunyai  calon  suami? Kalau nanti aku menjadi perawan tua seperti si fulanah, bagaimana?”

“Tak mengapa menjadi perawan tua. Asal kehormatan dirimu tetap terjaga. Semoga Allah ta’ala selalu menjagamu dan segera memberimu jodoh yang saleh.”

Lihat selengkapnya