Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #8

Bertemu Jodoh

Siang hari. Saat  aku  merapikan buku-bukunya di rak buku, sebuah buku hadiah dari  seseorang yang berjudul: Wanita Sholihah Bidadari Surga menarik perhatianku. Aku mengambilnya dari rak buku. Tiba-tiba  bayangan  lelaki yang  biasa kupanggil  Ali  itu  berkelebat  dalam  benakku.  Lelaki yang suka memakai gamis warna putih  itu  pernah  mengenalkanku  pada  pola  hidup  sederhana ala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.   

          Ali pernah datang ke  tempat kostku bersama adik perempuannya beberapa kali. Suatu hari Ali menanyakan apakah aku siap menerima lamarannya dan dia hanya memberi waktu aku tiga puluh menit untuk menjawabnya. Tentu saja aku  tidak bisa langsung menjawabnya. Bukan karena menolaknya melainkan karena aku belum percaya diri untuk menerimanya. Dan aku memerlukan waktu untuk menjawabnya. Alasanku adalah, pertama  aku masih terbata-bata membaca Al-Qur’an. Kedua, aku berasal dari keluarga Islam KTP.  Sedangkan Ali adalah seorang ustad yang aktif mengisi pengajian dan  berasal dari keluarga Islam taat. 

         Ali memang lelaki yang baik. Meskipun demikian aku harus menerima kenyataan bahwa Ali telah membatalkan keinginan untuk melamarku. 

         Tiba-tiba aku mendengar  suara  benda  yang  jatuh  ke  lantai  kamarku. Mataku   segera   menyelidik mencari  tempat  asal  bunyi  benda  yang  jatuh  itu. Benda yang jatuh itu berwarna hitam. Benda hitam itu bergerak. 

          “Oh  Den  Bagus!”  ucapku  spontan.  

          Benda  hitam  yang  bergerak  itu  ternyata  tikus. Ibuku biasanya memanggilnya  dengan sebutan  Den  Bagus. Tak lama kemudian Den  Bagus  itu lari  terbirit-birit  menuju  pintu  begitu aku memergokinya  memasuki  kamarku. Bersamaan dengan hal itu bayangan  Ali  pun  menjauh dari pikirannya.  Innalillahi wa inna lillahi rojiun.  Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Aku menarik nafas dalam-dalam seraya menyebut asma Allah dengan lembut. Lalu aku menghembuskannya pelan-pelan. “Hanya kepada-Mu-lah cintaku berlabuh,” ucapku dalam batin.

^-^

Beberapa hari berlalu. Aku  mendapat  informasi  dari  seorang teman  bahwa   pesantren Langit di Bondowoso  membutuhkan  seorang  pengasuh  yang memahami  ilmu  jiwa.  Karena  aku adalah lulusan program studi psikologi yang  sedikit banyak   memahami ilmu jiwa   maka  aku  tak  menyia-nyiakan  kesempatan tersebut.  Apalagi pesantrennya    berada  di kota kecil  Bondowoso yang berhawa dingin.

Setelah Pak Kiai mewawancaraku di sebuah tempat di Surabaya, aku  diterima bekerja sebagai  pengasuh  Pesantren Langit  di Bondowoso. Betapa  senang  hatiku, meskipun bukan di panti asuhan seperti yang kuharapkan. Yang penting aku mendapatkan pekerjaan di tempat yang nyaman. Ibu juga nampak senang setelah  mendengar  kabar bahwa  aku  mendapatkan pekerjaan di sebuah pesantren di kota kelahiranku Bondowoso.  

Lihat selengkapnya