Hari ke dua bulan ke lima pernikahan kami. Pagi-pagi Mas Dedi sudah marah-marah. Mas Dedi marah-marah lagi gara-gara tidak ada makanan dan minuman di meja makan seperti biasanya. Juga tidak ada baju bersih untuk gantinya. Tangannya yang kekar membanting cangkir cantik pemberian Ibu. Praaak! Kakinya menendang-nendang almari. Wajahnya merah padam. Matanya agak liar dan kosong seperti orang kesurupan.
“Annisaaa!!!” Mas Dedi berteriak kencang. Dia memanggilku ketika aku sedang menyapu lantai di teras.
“Ya Mas.” Sahutku lirih.
“Annisaaa!” teriak Mas Dedi lebih keras.
Aku menghentikan pekerjaanku. Bergegas memasuki ruang tengah.
“Annisa! Ke sini!” Bentak Mas Dedi.
“Ya Mas”Aku mendekati Mas Dedi ketakutan
“ Kenapa kamu tidak mau membuatkan aku wedang kopi, Annisa?”
“Maaf Mas Dedi...”