Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #14

Surat Buat Janin

Pada  mulanya aku  merasakan  kesulitan  untuk  mengikuti langkah-langkah  salat yang benar menurut Rasulullah.  Kadang-kadang  aku malas mengerjakan  salat sesuai sunah.. Ribet amat salat sesuai sunah.  Pikirku. Kalau sudah begitu aku harus mengencangkan niatku terlebih dahulu, yaitu melakukan salat untuk meraih rida-Nya semata.  

Lama-lama aku terbiasa mengerjakan salat dengan gerakan yang benar.  Hikmah  salat dengan gerakan yang benar bagi ibu hamil adalah melancarkan proses persalinannya dan setelah bayinya lahir maka akan memperlancar  produksi  ASI-nya.  Sehingga   setelah melahirkan ia  tidak  perlu  membelikan  susu  formula untuk  bayinya.  Semoga aku dapat melahirkan bayiku dengan lancar dan produksi ASI-ku juga lancar. Aaamiin Yaa Rabb. Aku memanjatkan doa kepada-Nya. Apalagi harga susu formula relatif   mahal. Sementara   penghasilan suamiku  relatif  minim  setiap  bulannya.  Jadi kemungkinan  besar honor suamiku tidak   cukup  untuk  membeli satu kaleng  susu formula.

           Sebelum  hari-H  persalinan  aku sering melakukan pemijatan pada area-area tertentu. Aku sering  memijat   area  mulut  rahim dengan minyak Zaitun atau minyak bayi.  Menurut  ahli  medis,  pada  saat  persalinan  organ  intim  wanita  bisa  membuka  diri  seperti  pintu  otomatis.  Namun  agar  nantinya  jalan  lahir  tersebut  lebih  elastis   dan  tidak  begitu  nyeri  ketika  melahirkan maka  area jalan lahir perlu mendapatkan pemijatan terutama pangkal paha dan mulut rahim. 

Aku juga  melakukan  senam  hamil  selama tiga puluh menit menit  setiap  hari.  Aku mendapatkan tipsnya dari teman yang berprofesi sebagai instruktur senam. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: pertama  melakukan  pemanasan sebelum senam hamil yaitu dengan  berjalan  di  tempat  atau  mengitari  rumah  beberapa kali selama sekitar sepuluh menit.  Kedua, berbaring  sambil  melipat  tangan  di bawah  kepala  lalu  mengangkat  kaki  secara  bergantian  seperti  mengayuh  sepeda.  Hal  ini  aku lakukan  di  atas  tempat  tidur.  Ketiga,  berbaring  terlentang.  Lalu aku mengangkat  kedua  kaki  kira-kira  sebesar empat  puluh  lima  derajat secara bergantian.  Langkah  ini  pun  aku lakukan  di  atas  kasur.   Keempat,  berjongkok  sambil beringsut  seperti  orang  mengepel  lantai. Langkah  keempat  ini  biasanya  aku  praktekkan  dengan  mengepel  lantai   agar aku mendapatkan   dua  keuntungan yaitu persalinan yang lancar  dan  lantai  rumahku yang  menjadi  lebih  bersih.   Langkah  kelima adalah   berjongkok  dengan  kedua kaki  berjinjit.  Lalu   berdiri  sambil  memegang  sandaran  kursi  yang  ada  di  rumahku.  Agar  senam  terasa  berkah  maka   sebelum  memulainya aku membaca  “Basmallah”  dan  pada  setiap  langkahnya aku    mengiringinya  dengan  dzikir  dalam  hati.    

          Ikhtiarku  selanjutnya  adalah  latihan  Lift  yaitu  latihan  melenturkan  otot  pantat.  Otot  ini  seperti  angka  delapan  mengikat  organ  intim  wanita  dan  anus  yang  berfungsi  melindungi  rahim. Organ  ini  dapat  dirapatkan  dalam-dalam  (ditegangkan) dan  dikendurkan  menurut  kemauan  ibu  hamil.  Semakin  baik  ibu  hamil  mengendalikan  atau  merapatkan-mengendorkan  organ ini  maka  semakin  baik  pula  cara  kerja  organ  tersebut  pada  saat  ibu  hamil  menjalani  persalinan  nanti.  Langkah-langkah  latihan  Lift  adalah   sebagai  berikut:   Menahan  air  kencing  atau  air  seni  yang  hendak  keluar  lalu  air  seni   tersebut  dikeluarkan  secara  perlahan-lahan  seolah-olah  turun  dari  lantai  empat  dengan  lift  dan  ketika  sampai  di lantai  dua  dihentikan  agar  otot-otot  tersebut  tidak  terlalu  kendur.      

           Sejak  aku  mengetahui  kehadiran  bayi di  dalam rahimku,  aku  berusaha  mengadakan kontak  batin  dengannya sesering mungkin. Aku  membisikkan tasbih,  tahmid, dan takbir sambil mengelus perutnya. Aku juga membisikkan  Asma’ul  Husna, sholawat nabi,  istighfar dan doa-doa   yang  memberikan  efek positi pada perkembangan janin. 

          Setiap hari,  sebelum  menyampaikan  bisikan-bisikan  itu,  aku  mengelus  perutku  dengan rasa  cinta. Kadang-kadang aku  mengucapkan  salam,  “Assalamu’alaikum, anak shaleh!”   Dan kemudian aku  menjawab  salamku sendiri:  “Wa’alaikummussalam, Umi!”  Terkadang aku  membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an meskipun masih terbata-bata. Hal  ini  aku lakukan  ketika  di  rumah  tidak  ada  orang.  Aku  malu  jika  ada  orang  yang  melihatku  sedang  berbicara  dengan  seorang  bayi  yang  belum  lahir.  Mungkin orang akan menganggapku  terkena gangguan jiwa alias ODGJ Orang Dengan Gangguan Jiwa..  

          Pada  waktu-waktu  tertentu  aku  menulis  surat  untuk  calon  bayiku. Aku menulis surat untuk calon bayiku  di buku diariku.   Dan inilah beberapa  surat untuk calon bayiku atau janin.

Ananda Pertama, 

Kau  yang  kukasihi,  calon  penyejuk  mata Umi dan Abi.  Umi  senantiasa  berdoa  semoga  ananda lahir  dengan  lancar  dan  mempunyai  fisik  yang  sehat.  Umi  juga  senantiasa berdoa    sebagaimana  doa  nabi  Ibrahim  Alaihi Sallam  kepada  Allah,  “Ya  Allah,  anugerahkan  kepada  kami  anak  yang  sholeh!”  

Ananda  Pertama,

Meski  Umi  sedang  mengandungmu,  Umi  tetap  giat  bekerja.  Bahkan   Umi  senantiasa  mengikuti ke mana  Abi  pergi,  misalnya,  ke desa Patirana yang lokasinya  dekat  hutan dan sering menjadi tempat perkemahan.  Umi  juga  sering  pulang  ke  rumah  dengan  berjalan  kaki sambil menggandeng tangan Abi,  terutama  jika  kami  tak  mempunyai  cukup  uang  untuk naik  ojek. 

Lihat selengkapnya