Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #15

Persalinan Perdana

Hari perkiraan persalinan pun tiba. Aku tidak merasakan apa-apa sampai larut malam kecuali sering timbul keinginan buang air kecil. Sehingga aku sering mondar-mandir  ke kamar kecil tanpa buang air kecil. Perkiraan kelahiran  anak pertamaku meleset. Ibu pernah bilang, kalau banyak berjalan maka akan mempercepat persalinan. Aku pun memperbanyak aktifitas berjalan-jalan. Aku berjalan-jalan di sekitar rumah. Setelah  sekian lama berjalan-jalan belum juga terjadi pembukaan jalan lahir, maka aku berhenti berjalan-jalan.

Hari perkiraan kelahiran anak pertamaku akhirnya lewat begitu saja. Usia   kandunganku sudah  mencapai  sembilan  bulan  lebih beberapa  hari.  Tiba-tiba  aku   merasakan  sakit  perut  yang  tidak  seperti  biasanya. Mungkin  akibat  kontraksi  otot-otot  rahim   sebagaimana  penjelasan  sebuah  buku tentang  kelahiran.  Aku  merasa  tegang  sekali karena  belum  pernah  melahirkan  bayi  sebelumnya. Ibu  yang  biasa  mendampingiku setiap kali aku  sakit, saat itu tidak sedang berada  di samping aku. Beberapa pertanyaan sempat menggelayuti  pikiranku ,  “Apakah  panggulku  cukup lebar  sehingga bayiku  bisa melewatinya?   Apakah  aku  akan  melahirkan bayiku  dengan  selamat?  Apakah  bayiku  akan  lahir dengan  selamat?  Apakah  bayiku  akan  lahir  normal?  Apakah  bayiku  laki-laki  atau  perempuan?  Apakah   pilek  yang  sering  kualami  ketika   udara  dingin  tidak  akan  kambuh  pada  saat  aku  melahirkan? Apakah  perempuan  yang  pernah  menderita  penyakit  hepatitis B dengan  pendarahan  hebat dan terancam sirosis  seperti  aku ini  bisa  kuat  mengejan?”

Bayangan  tentang  hepatitis  kronis  yang  bisa  menyerangku  sewaktu-waktu  itu, aku coba lenyapkan  dalam  pikiraku. Aku  mengucapkan  Basmallah. Minum  air  putih  seteguk  demi  seteguk. Dengan izin-Nya air putih itu dapat  menenangkan  hatiku.  

Aku  menarik nafas  dalam-dalam.  Lalu mengembuskannya pelan-pelan. Aku pasrah. Betul-betul pasrah kepada-Nya.  Apa   yang  akan  terjadi  di  luar  jangkauan  nalarku.  Tidak ada  keuntungannya aku berpikiran  negatif.   Bahkan  bisa-bisa  hal  yang  negatif  akan  terjadi  jika   pikiranku  terus menerus  terpaku  pada  hal-hal  negatif.  Bukankah  Dia  akan  mengikuti  prasangka  hamba-Nya? 

Selama  beberapa  jam  aku  hanya  merasa  mulas-mulas  tanpa  rasa  sakit  yang berarti.  Sehingga   aku  bisa  melakukan  beberapa  aktivitas, seperti:  menyiram  tanaman,  mengambil   air  dari  tempat  penampungan  air  sampai  tempayan  di  rumah  penuh.

Aku beristirahat sejenak untuk minum  segelas  susu, makan   pepaya, dan mengunyah   kurma. Aku suka kurma karena banyak manfaatnya, misalnya untuk  kontraksi,  mengurangi pendarahan  rahim.  Sehingga masa  nifas   tak  berlangsung  lama.  Dan   mempercepat  pemulihan rahim.  Sehingga   posisi  rahim  segera  kembali  normal.  

Siang usai menunaikan salat Dhuhur, aku menyapu dan  mengepel   lantai. Setelah itu aku menyiapkan  kain  panjang  pemberian  ibu  mertua  untuk  persalinan.  Lalu aku merapikan  ranjang  besi  kuno yang ada di rumahku untuk persalinan.  Karena,   aku  akan  melahirkan  di rumah.  Menata  perlengkapan  bayi.  Menyediakan   satu  lusin  lilin  untuk  penerangan.  Mempersiapkan  handuk  dan  pakaian  gantiku  yang  bersih.  Menjerang  air  satu  panci   besar  untuk   mandi.

          Beberapa  jam  setelah  itu  perutku  terasa  mulas  lagi  dengan  rasa  sakit  yang  lebih hebat.  Perutku  bagian  bawah   terasa  mengganjal  seperti  ada  benda  keras  berbentuk bulat  yang  menempel  di  mulut  rahim.  Kadang-kadang  perutku terasa  mulas  sekali  dan  otot-otot  di  pinggangku  seperti ada orang yang menarik-nariknya dengan  sangat  kencang. 

Lihat selengkapnya