Setelah kelahiran anakku yang kelima, aku mengundurkan diri sebagai guru TKIT. Hal ini aku lakukan agar aku bisa fokus mengurus anak-anakku sambil mencari penghasilan di rumah. Hana yang baru berusia tiga tahun, aku masukkan ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang ada di dekat rumah kontrakan. Setiap hari Senin sampai Rabu aku mengantarkan Hana ke PAUD sambil menggendong Jamil.
Di sela-sela kesibukanku mengurus anak-anakku dan usaha rumahan, aku mengikuti kursus pijat dengan instruktur seorang ahli fisioterapis dan kursus bekam dengan instruktur pakar bekam di sebuah rumah bekam di Jember. Bekam merupakan pengobatan ala Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Bekam menurut KBBI adalah memantik darah ke luar dari badan. Sedangkan menurut pakar kesehatan adalah membuang sampah metabolisme tubuh misalnya kholesterol. Setelah aku memiliki ilmu bekam dan kemampuan untuk membekam, aku mengobati anggota keluargaku yang sakit dengan bekam. Aku juga mencari tambahan penghasilan lewat bekam yaitu dengan membekam muslimah.
^-^
Sekian bulan berlalu. Suatu malam aku bermimpi. Aku berada di sebuah kamar tempat Bapak berbaring tidak berdaya karena sakit. Sambil duduk di sisi tempat tidur, Aku membimbing Bapak mengucapkan syahadat sampai maut menjemputnya.
Beberapa hari setelah aku bermimpi membimbing Bapak bersyahadat di sebuah kamar, Bapak menelponku. Bapak pamit akan menjalani terapi di Jawa Barat dan minta didoakan agar diberi-Nya kesembuhan. Selang beberapa hari kemudian adikku menyampaikan berita lewat telpon bahwa Bapak sedang menjalani operasi prostat di rumah sakit Bandung.
Mendengar berita itu sebetulnya aku ingin sekali pergi ke rumah sakit tempat bapak menjalani perawatan dan kemudian menjaga bapak. Tetapi apa daya diriku tidak punya dana untuk pergi ke sana. Jangankan pergi ke Jawa Barat, untuk makan sehari-hari saja kami harus bersusah payah mencari dananya. Lagipula akui tak mau berhutang karena aku takut tak bisa membayarnya. Akhirnya aku hanya bisa berdoa.
^-^
Menjelang akhir tahun 2008. Kira-kira pukul dua belas malam HP Mas Dedi berdering. Mas Dedi mengangkatnya. Ternyata Bapak yang menelpon. Bapak sudah ada di Surabaya. Katanya, Bapak terserang diare. Perawat memasang kateter pada tubuh Bapak. Air seninya bercampur darah. Ibu sudah tidak sanggup lagi merawat Bapak pasca menjalani operasi prostat. Kata Bapak, Ibu kecapekan dan kurang tidur beberapa hari. Oleh karena itu Bapak meminta aku agar segera datang ke Surabaya.
Aku pun meminta izin Mas Dedi untuk merawat Bapak di rumah Surabaya. Dan Mas Dedi mengizinkan aku pergi ke Surabaya. Lalu Mas Dedi memberiku sejumlah uang untuk ongkos transpor Bondowoso -Surabaya.
Esok harinya. Aku menyelesaikan pekerjaan rumahku secara marathon. Usai menyiram tanaman, Aku mencuci baju dan memasak. Begitu selesai memberesi rumah, aku mandi. Lalu aku memandikan Jamil. Aku memberinya pakaian. Setelah itu aku menggendong Jamil, menyangklong tas kecil ke bahu, dan menjinjing tas pakaian. Aku berangkat ke terminal Bondowoso dari terminal tersebut akui naik bis jurusan Surabaya.
Sekitar pukul sebelas, bus Laju yang kami tumpangi berangkat ke Surabaya. Bus Laju melewati hutan Arak-arak Wringin, Besuki, PLTU Paiton, Kraksaan. Berhenti sejenak di terminal Probolinggo. Lalu bus melanjutkan perjalanannya. Ia menyusuri jalan-jalan menuju Surabaya.