Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #40

Saat Depresi Melanda

Bab 4O Saat Depresi Melanda


Pagi itu aku sendirian di rumah dan saat itu aku betul-betul merasa kesepian. Pasalnya,  sudah sekian lama tak ada seorangpun yang menemaniku di rumah. Suamiku sudah pergi ke kampung abadi. Anak-anakku juga sudah pergi ke luar kota. Ada yang kuliah, anakku yang kedua kuliah di Depok Jawa Barat dan anakku yang ketiga kuliah di Jember Jawa Timur . Ada juga yang menuntut ilmu di pondok pesantren yaitu anakku yang keempat dan anakku kelima. Hal itu mau tidak mau membuat aku mengalami depresi. 


Meskipun tingkat depresiku masih ringan, aku  harus serius melawannya. Jangan sampai aku menarik diri dari lingkunganku. Tetapi makhluk itu tak henti-hentinya menggodaku.


"Hei janda! Kalau memang kamu kesepian, kenapa kamu tidak menerima tawaran Pak Bondan untuk membuatkan minumannya setiap hari. Dia itu duren. Duda keren. Istrinya sudah meninggal dunia dan uangnya banyak. ." Bisik makhluk gaib itu.


"Dia bukan mahramku." Aku menjawab tegas 


"Tapi kamu butuh teman ngobrol."


"Audzubillahiminasy syaithonir rojim. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk." Aku tak henti-hentinya mengucapkan taawudz memohon perlindungan kepada-Nya dan membaca istigjfar memohon perlindungan.


Beberapa perasaan seperti rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia bercampur aduk di dalam hatiku. Apalagi hari itu aku tak punya uang belanja.


"Hai Annisa! Jangan sampai kamu merasa tak berarti. Jangan sampai kamu tergoda syetan sehingga kamu ingin bunuh diri. Berusahalah kamu melepaskan masalahmu dan apa yang mengotori hatimu satu persatu." Tiba-tiba Nenek Kha muncul di ruang imajinasiku.


 Aku terkejut. Dan tiba-tiba... Reeeng! Reeeng! Reeeng! Terdengar suara motor Tak lama kemudian Penjual sayur berhenti di depan rumah tetanggaku sebelah. Kemudian dia berteriak-teriak lantang memanggil pelanggannya, "Yuur, sayuuur!"


Aku bergegas mengambil dompetku, dompet talikur warna coklat hadiah dari teman taklim. 


Aku terkejut sekali ketika melihat isi dompetku. Ternyata tak ada sepeserpun. Ya, sejak aku tak bekerja di rumah tetangga sebagai ART (Asisten Rumah Tangga), dompetku sering kosong melompong. Kecuali jika ada tetangga yang membeli pegagan yang tumbuh subur di kebun imutku maka satu-dua lembar uang ribuan mengisi dompetku.

 Tubuhku langsung terkulai lemas. _Innalilahi wa Inna ilaihi raji'un_ 


"Muslimah sejati tak boleh berputus asa dari rahmat-Nya! Bukankah ada Dia yang selalu siap menolongmu, Annisa? Meskipun berjuta kali kamu memohon pertolongan kepada-Nya, " bisik Nenek Kha sesaat kemudian.


"Baiklah, aku akan memohon pertolongan kepada-Nya saja," sahutku. Lalu aku pun berdoa sambil menengadahkan tanganku ke langit, "Ya Allah, aku tak punya uang untuk berbelanja ke mlijo. Berilah aku lauk dan sayur untuk buka puasaku nanti. Aamiin Yaa Rabb."


"Ingat pesan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 45. _Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."_ ucap Nenek Kha lagi.


Lihat selengkapnya