Bab 43 Rumahku Mihrabku Kantorku
Kisah berikutnya adalah tentang anakku yang ke-empat, yaitu Hana. Dia adalah anak perempuanku atau puteriku satu-satunya. Dia lahir pada tahun 2003. Jadi Hana termasuk gen Z. Menurut seorang pakar, gen Z adalah generasi strawberry yaitu generasi yang penuh gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Generasi yang tampak bagus di luar tetapi rapuh di dalam. Meskipun demikian aku harus mendidik Hana menjadi wanita tangguh. Namun, sebelum aku menyampaikan perjuanganku mendidik gadisku itu izinkanlah aku berkisah tentang masa laluku terlebih dahulu.
Ketika aku masih gadis, aku mempunyai sebuah mimpi yaitu untuk menjadikan rumahku sebagai pusat aktivitasku. Jadi rumahku tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggalku, tetapi juga berfungsi sebagai mihrab dan kantorku. Sehingga akhirnya Rumahku Mihrabku Kantorku menjadi semboyan hidupku.
Ada tiga alasan utama kenapa aku mencetuskan semboyan Rumahku Mihrabku Kantorku. Alasan pertama adalah karena menurut ajaran Islam sebaik-baik wanita adalah yang banyak tinggal di rumah sebagaimana firman-Nya berikut ini, "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliah dahulu dan laksanakan salat, tunaikan zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa-dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab: 33)
Berdasarkan ayat itulah maka setelah lulus dari fakultas psikologi dan menikah, aku ingin menjadi ibu rumah tangga sejati yang banyak tinggal di rumah.
Kedua, aku adalah pengagum berat Maryam binti Imran, bunda Isa Alaihisallam, wanita pilihan-Nya dan sekaligus gadis suci yang namanya Allah abadikan dalam Al-Qur'an. Gadis yang suka menghabiskan waktunya di mihrab itu memberiku inspirasi untuk menjadikan sebuah sudut kamar di rumahku sebagai mihrab.
Ketiga, kondisi fisikku yang relatif lemah. Aku lahir prematur seberat dua kilogram. Saat Ibu melahirkan aku, usia kandungan ibu delapan bulan. Jadi aku tergolong bayi prematur. Ketika memasuki masa anak-anak, aku sakit-sakitan. Ketika remaja aku terserang penyakit typhus beberapa kali sampai hampir mati karena aku mengalami pendarahan dalam traktus gastrointestinum. Mengingat riwayat penyakit yang pernah aku derita itu maka aku memutuskan untuk banyak tinggal di rumah.