Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #50

Khotbah Jamil



Satu pekan berlalu. Sebelum Maghrib aku dan Hana menghadiri kajian Islam di pondok pesantren Lukmanul Hakim. Sekalian kami juga mengunjungi Jamil. Kali ini kami membawa cemilan kacang koro beberapa renteng. Biasanya Jamil menikmati cemilan tersebut bersama teman-teman se-kamarnya.


Setelah selesai mengikuti kajian Islam, aku menunaikan salat Isya. Lalu aku mencari anak bungsuku. Mataku menyapu pandang ke seluruh sudut halaman pondok pesantren Lukmanul Hakim.


Tak lama kemudian Jamil muncul. Ia tersenyum sambil berjalan mendekati tempat kami berdiri di dekat motor. 


"Maaf Jamil. Pekan lalu kami keburu pulang. Soalnya kalau berlama-lama menemuimu maka pimpinan pondok akan menegurmu dan kamu bisa dapat sanksi. Jadi sekarang tolong lanjutkan. Hitung-hitung sambil latihan berkhotbah." Aku berkata kepada Jamil begitu ia menghampiri. 


"Apa yang harus aku lanjutkan, Umi?" Jamil bertanya dengan heran.


"Pembahasan tentang setiap orang adalah penulis."


"Oh itu. Baiklah aku lanjutkan." Jamil menjawab.


"Sekalian kamu belajar khotbah Sebelum khotbah ke masyarakat luas."


Jamil tersenyum. Menarik nafas dalam-dalam. Kemudian ia menghembuskannya pelan-pelan. Baru setelah itu Jamil menyampaikan

 penuturanya, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab diri dan mengerjakan amal kebaikan untuk bekal kematiannya. Orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti nafsu dirinya dan berangan-angan untuk mendapatkan surga tanpa amal perbuatan. Ini adalah hadis riwayat Ahmad 4/124, At-Tirmidzi 2459, Ibnu Majah 4260." 


"Caranya Jamil?" Tanya Hana sambil mencolek lengan Jamil.


"Berusahalah selalu menjaga kesehatan hati..."


"Menjaga kesehatan hati? Apa hubungannya?"


"Dengarkan dulu Mbak Hana."


"Biarkan Jamil memberi penjelasan..., Hana." Aku menyela.


"Okay." Hana menyahut. Mulutnya sedikit mengerucut.

Lihat selengkapnya