Sebulan setelah melamar di hadapan Kak Imam dan mengurus berkas pernikahan Hana di Riyadh karena kebetulan Kak Imam ada tugas di Riyadh, Dokter Ahmad dan keluarganya datang ke rumah Hana di Bondowoso untuk menikahi Hana. Mereka datang ke Bondowoso bersama Kak Imam naik pesawat dan mendarat di bandara Juanda Surabaya. Lalu mereka naik travel ke Bondowoso.
Travel yang mereka tumpangi sampai di Bondowoso pagi hari. Dokter Ahmad dan keluarganya turun di depan hotel Ijen View. Karena mereka akan menginap di hotel tersebut. Sedangkan Kak Imam meluncur ke rumahnya di komplek perumahan dan menginap di rumahnya.
^_^
Hana sudah mendapatkan inspirasi untuk baju pengantinnya Sebagai wanita yang sehari-harinya akrab dengan tanaman maka mau tak mau Hana menjadikan tanaman sebagai inspirasinya dalam berbusana. Kalau tidak bentuk daunnya maka warna daunnya.
Pada hari akad nikah itu Hana mengenakan baju pengantin model jubah dari bahan brokat warna sage green. Baju dengan warna sage green favoritnya itu sudah lama ada di almari bajunya. Tepatnya sejak Umi memberinya pada beberapa waktu yang lalu.
Sage green merupakan warna hijau yang sedikit keabu-abuan atau kekuningan, terinspirasi dari daun sage atau daun timi. Warna daun ini tidak hanya menampilkan kesan elegan bagi pemakainya tetapi juga menimbulkan kesan alami dan kalem.
Baju akad nikah dengan warna sage green yang Hana pakai itu memberikan nuansa lembut dan kesan kalem padanya, si gadis imut.
Hana mencoba memadu padankan bajunya yang berwarna sage green itu dengan warna jilbab yang serasi.
Jilbab putih tulang adalah warna yang paling netral. Jilbab hitam adalah warna yang menampilkan kesan profesional. Jilbab hijau sage green akan memberikan kesan eksklusif. Jilbab warna krem akan memberikan kesan penampilan yang lembut.
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat akhirnya Hana memilih jilbab warga sage green untuk ia padukan dengan baju pengantinnya.
Umi memberi untaian bunga melati segar dari kebun untuk mempermanis jilbab Hana.
^_^
Hana dan Umi duduk di balik tabir di ruang tengah. Kak Imam, Kak Adil dan Jamil berdiri di ruang tamu menemui para undangan.
Jam di ponsel Hana menunjukkan pukul 18.00 Pak Khalid tetangga yang bekerja sebagai penghulu di Kantor Urusan Agama atau KUA memulai proses acara akad nikah yang berlangsung sederhana. Sebelum prosesi, Pak Khalid membacakan khutbah nikah singkat. Isinya khutbahnya tentang kewajiban suami istri. Suami sebagai pemimpin rumah tangga wajib menggauli istri dengan ma'ruf. Dan istri wajib mentaati suaminya selama suaminya tidak bermaksiat kepada-Nya.
Beberapa menit berlalu. Kak Imam menyerahkan tugasnya sebagai wali nikah kepada Kak Adil karena Kak Imam sedang tidak enak badan. Setelah Kak Adil siap menjadi wali nikah maka ia pun berkata kepada Dokter Ahmad, "Wahai Dokter Ahmad aku nikahkan Hana binti Abdullah dengan mahar dua ratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai."
"Aku terima menikah dan mengawininya dengan mahar tersebut dibayar tunai." Dokter Ahmad menjawab spontan.