Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #59

Catatan Hati Hana


Hana kembali galau. Pasalnya, belum ada kabar sama sekali dari Arab Saudi, khususnya dari suaminya. Daripada mengalami depresi berat maka Hana membiarkan jari-jemarinya menari untuk mencurahkan isi hatinya di atas buku diarinya .  


Malam begitu panjang dan sepi. Tanpa Habibi ada di sisi. Sungguh hatiku terasa perih tak terperi. Mengingat peristiwa tempo hari. Aku berlari dan berlari. Mengejar Habibi. Tapi Habibi tak mau berhenti. Bahkan Habibi terus saja pergi. Padahal aku hanya ingin mencium tangan Habibi. Sebelum Habibi terbang ke Arab Saudi.


Hana menarik nafas dalam-dalam. Setelah menghembuskannya pelan-pelan, ia melanjutkan curhatnya di buku diarinya. 


Wahai belahan jiwaku,

kenapa kau tidak mau menunggu aku? 

Kenapa kau sampai hati meninggalkanku, Habibi?

 Aku bersusah payah lari mengejarmu. Agar aku bisa mencium tanganmu. Namun, ternyata kau tak memperdulikan aku. Apakah kau menyesal menikah denganku? Apakah kau akan...


Tiba-tiba peristiwa masa lalu muncul di benak Hana. Malam itu Dokter Ahmad menggenggam tangan Hana erat-erat. Matanya menerawang jauh. Lalu ia mengulangi ucapannya tadi, "Mestinya aku tidak melamar dan menikahimu, Hana."

 Jantung Hana berdebar semakin kencang.


"Apakah Bibi Hana pernah bercerita kepadamu?" Tanya Dokter Ahmad cemas.


Hana tak menjawab. Hana masih berpikir.


"Apakah Bibi Hana pernah cerita tentang masa lalu ku, Hana?" Dokter Ahmad mengulangi pertanyaannya.


"Pernah. Bibi Hana pernah cerira saat kau masih kuliah di kedokteran tubuhmu kurus. Karena kau sering mengalami stres dan kurang makan."


"Bukan soal itu...."

Lihat selengkapnya