Mata Hana berbinar-binar. Senyum manisnya mengembang. Hal ini karena sebentar lagi roda pesawat akan mendarat dan ia akan bertemu suaminya, sang kekasih hati. Sementara itu wajah Kak Adil tampak muram. Lantaran Hana tidak mau makan.
"Kenapa kamu tidak mau menyentuh makananmu, Dik Hana?"
"Aku takut muntah Kak Adil. Karena aku masih sering merasa mual-mual."
"Tapi kalau kamu tidak mau makan sama sekali. Kasihan janin yang ada di dalam kandunganmu. Kata Umi kamu sedang hamil."
Hana diam sambil matanya memandang ke luar jendela pesawat.
"Aku heran. Kamu kok bisa kuat tidak makan dalam tiga belas jam perjalanan. Cuman makan buah sekali."
"Karena aku mau bertemu seorang... kekasih." Hana menjawab asal saja.
"Kalau cinta sudah melekat rasa lapar terasa nikmat." Kak Adil berseloroh.
Hana memukul lengan Kak Adil dengan mulut mengerucut.
Kak Adil tersenyum-senyum melihat reaksi Hana. Lalu Hana mengelus-elus perutnya sambil mengajak berbicara janin yang ada di dalam rahimnya.
"Alhamdulillah sayang. Sebentar lagi kita sampai. Pasti Babah sudah menunggu kita di ruang tunggu."
Kak Adil menoleh ke arah Hana seraya tersenyum. "Lucu juga ya. Kalau perempuan sedang hamil."
"Iya. Ngomong sendiri seperti orang gila."
^_^
Beberapa saat kemudian awak kabin mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat. Hana menoleh ke sekitarnya. Beberapa perempuan yang tadinya memakai pakaian yang tak menutup aurat mulai sibuk mengambil barang di atas tempat duduknya dan mengeluarkan abaya hitam. Syukurlah Hana sudah memakai abaya hitam dari rumah. Apalagi Dokter Ahmad suaminya pernah berpesan agar ia selalu berpakaian abaya ketika bepergian ke luar rumah di Arab Saudi. Jadi Hana tidak perlu repot berganti pakaian muslimah ala perempuan Arab Saudi.
Satu persatu penumpang keluar dari pesawat. Kemudian Hana dan Kak Adil antri pemeriksaan imigrasi di bandara King Khalid International Airport Riyadh.
Ketika sudah sampai di ruang tunggu bandara, Hana melihat sosok Dokter Ahmad dan adik perempuannya berdiri menunggunya. Hana bergegas berjalan ke arah mereka. Begitu berada di depan suaminya, Hana langsung mencium tangan suaminya. Sebelum suaminya mencium keningnya, tubuh Hana limbung dan kemudian ia terjatuh ke dalam pelukan suaminya.
"Kenapa kamu Hana?" Dokter Ahmad bertanya dengan kepanikan yang luar biasa.
Hana tidak menjawab. Matanya terpejam. Dokter Ahmad semakin panik. Lalu ia segera membopong Hana dan membawanya ke tempat duduk di ruang tunggu bandara.
"Aku lemas sekali Habibi," ucap Hana setelah berada di pangkuan Dokter Ahmad.
"Mungkin karena belum makan sejak berangkat," celetuk Kak Adil.
"Apa belum makan?" Dokter Ahmad bertanya kaget.