Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #65

Lovebird



Malam semakin kelam. Hana tidak juga beranjak dari melihat bulan. Sementara suara beberapa binatang malam seperti suara jangkrik terdengar riuh rendah bagaikan simponi nada. Gemericik air di kolam ikan di lantai bawah mengalir tiada henti.

Hana masih berdiri di balkon menatap bulan. Siluet pepohonan kurma nampak indah memeluk raganya yang membelakangi teras lantai atas sebuah bangunan megah milik suaminya di pinggiran kota Riyadh. 

Raga Hana terlihat begitu indah dengan tonjolan besar pada bagian perut yang menjadikan pinggangnya terlihat lebar dari biasanya. Beginilah raga seorang perempuan ketika hamil! Dan menjadi sempurnalah sosok seorang perempuan ketika jari jemarinya yang lentik membelai lembut perutnya yang membesar. Betapa bahagia hati Hana sebagai seorang perempuan yang sedang mendapatkan karunia hamil. Tetapi, mendadak Hana merasa sedih.

Ini di Riyadh! Jelas, Riyadh sangat berbeda dengan Bondowoso. Namun, dalam pandangan Hana kawah Ijen hanya berjarak beberapa meter saja darinya karena bagian memori di dalam otaknya yang sedang bekerja. Lalu suara-suara kicauan lovebird di desa di lereng gunung Argopuro bergema memenuhi gendang telinganya. Kemudian...

"Lovebird! Lovebird!" Dokter Ahmad berteriak-teriak kegirangan memanggil lovebird saat di rumahnya di desa.

Senyum Hana mengembang saat menyaksikan kegembiraan Dokter Ahmad bercanda dengan lovebird di belakang rumahnya di desa.


Tiba-tiba dari arah belakang seorang lelaki memeluk Hana dengan hangat. Dan serta merta Hana membalikkan badan. Takut bukan suaminya yang memeluknya. Tetapi ternyata Dokter Ahmad suaminya yang memeluknya.


 "Lovebird. Kamu benar-benar menakjubkan, Habibati."


Mata Hana terbelalak mendapatkan pujian dari suaminya.


 "Lovebird. Burung cinta. Matamu yang kecoklatan. Alismu yang melengkung alami. Wajahmu yang eksotis. Sungguh begitu indah."


Mulut Hana ternganga mendengar suaminya mengeluarkan jurus rayuan gombal beberapa kali.

Lihat selengkapnya