Setelah selesai makan Hana pergi ke kamar mandi. Hana hendak buang air kecil di kamar mandi yang ada di kamarnya. Baru berjalan beberapa langkah mendadak darah mengalir deras dari rahim Hana. Hal itu membuat tubuh Hana lemas dan terjatuh ke lantai. Tak lama kemudian ia tak sadarkan diri. Serta merta Dokter Ahmad terkejut dan cepat-cepat membopongnya ke tempat tidur.
Tiba-tiba Hana merasa berada di alam lain. Ia terlempar ke sebuah lorong gelap hampa udara. Ruhnya seperti terlepas dari raganya. Bobotnya menjadi ringan. Sehingga bisa melayang-layang di udara. Menjauh dari bumi. Lalu Hana melihat suaminya tergopoh'-gopoh membopongnya ke tempat tidur. Dokter kandungan mencoba menghentikan pendarahannya sambil menelpon ambulans.
Sekian menit berlalu. Sebuah ambulans datang menjemput Hana dan kemudian membawa raga Hana menuju suatu tempat. Setelah beberapa menit meraung-raung menerobos barisan kendaraan yang memadati jalan raya, ambulans berhenti di depan UGD rumah sakit bersalin di Khobar. Dokter Ahmad yang menemani Hana di dalam ambulans bergegas turun setelah sopir ambulans membuka pintu. Bayi Hana tertidur pulas dalam inkubator.
Dua perawat dan sebuah brankar atau kereta pasien menghampiri Hana. Mereka bergerak cepat dan cekatan dalam memberikan pertolongan kepada Hana. Membawa raga Hana ke ruang observasi. Setelah raga Hana mereka pindahkan ke tempat tidur pasien, mereka memasang masker oksigen di hidung Hana dan infus ganda dengan tetesan sangat cepat di tangan kiri Hana.
Seorang perawat memasang tensi meter di lengan kanan Hana, memeriksa tekanan darah Hana dan memegangi pergelangan tangan Hana untuk mengukur pulsasi nadi Hana.
Dokter Ahmad, Ummi, dan Babah berdiri di dekat tempat tidur Hana. Mulut mereka bergerak-gerak. Mungkin mereka sedang berdoa. Pandangan Hana mendadak gelap. Hana tak bisa melihat apa-apa. Juga tidak bisa mendengarkan apa-apa. Bahkan tiba-tiba ingatan Hana blank.
Sekian menit berlalu. Hana siuman dan tahu-tahu Hana berada di tempat lain. Kata Dokter Ahmad, sekarang Hana ada di ruang observasi.
Tangan keriput Ummi memegang tangan Hana. Air mata Ummi menetes mengenai kulit tangan Hana. Hana kedinginan. Mungkin karena kehilangan banyak darah dan cairan. Perdarahan hebat yang Hana alami ini membuat Hana betul-betul dalam keadaan antara hidup dan mati. Hana hanya bisa pasrah kepada-Nya.