Diam-diam Hana merasa bangga. Karena kini Husein sudah hafal beberapa surat pendek dalam Alquran. Bahkan hampir satu juz Alquran khususnya juz 30. Sungguh hati Hana bahagia menyaksikan tumbuh kembang anak lelakinya itu begitu pesat. Namun, kebahagiaan Hana itu tidak berlangsung lama. Pasalnya, dokter Ahmad masih tidak mengizinkan Hana untuk membuka akun media sosial atau medsosnya kecuali whatsApp atau WA. Itu pun ia tidak boleh membuat status dan share foto keluarganya.
Tiba-tiba terdengar suara seorang qori' yang masih anak-anak membaca Al-Qur'an. Suara itu berasal dari ponsel dokter Ahmad yang ada di ruang keluarga. Bacaannya yang tartil membuat jiwa Hana bergetar. Hana duduk terdiam mendengarkannya.
Betapa indah dan menyentuh perasaan suara anak itu. Hana berkata dalam hati.
Hana menikmati lantunan ayat suci Alquran itu sambil membayangkan Husein kelak membacanya.
Lima belas menit kemudian alunan ayat suci Al-Qur'an berhenti. Hana bangkit dari tempat duduknya. Berjalan ke arah jendela yang menghadap halaman. Hana menyibakkan kain gordin sedikit. Lalu Hana mendekatkan wajahnya ke kaca jendela. Hampir saja hidung Hana menempel di kaca tebal yang berembun. Hana melihat sebuah mobil warna hitam terparkir di halaman depan dengan semburan cahaya bulan purnama yang mulai condong, menyemburat di atas atap mobil porsche milik suami Hana dan tetangga.
Sesekali pohon kurma di halaman bergerak, bergoyang tertiup angin malam. Satwa malam yang hinggap di dahan mengepakkan sayapnya dan kemudian terbang entah kemana.
Mata Hana menyapu pandang halaman di sekitar rumah. Beberapa lampu taman berdiri menghias halaman.
Kain gordin jendela kembali Hana rapatkan. Hana kembali duduk di sofa. Jam di ponselnya menunjukkan pukul tiga dini hari. Hana bangkit dari sofa. Lalu ia memasuki kamarnya.
"Sudah bangun Hana." Dokter Ahmad bertanya sambil rebahan.