Malam itu saat Hana mengobrol dengan suaminya di ruang keluarga, ada pesan masuk lewat WA di ponsel Hana. Babah mengabarkan bahwa Umi ada di Jeddah. Umi sedang merawat Jiddah yang sedang sakit parah. Babah minta Hana dan keluarganya segera terbang ke sana.
Sekedar info. Latar belakang pendidikan Umi memang psikologi, tetapi perjalanan hidup mengantarkan Umi pada profesi perawat, khususnya perawat pribadi. Kali ini Umi menjadi perawat pribadi Jiddah Habibah, ibunda Babah atau nenek suami Hana. Jiddah Habibah sedang menderita sakit dispepsia, gangguan pencernaan dan sedang mengalami sakaratul maut.
Babah menyadari bahwa pengobatan yang sedang ibunya jalani tidak selalu berakhir dengan kesembuhan. Meskipun demikian, Babah tidak kenal lelah berdoa kepada-Nya. Babah memohon agar Dia memberi ibunya kesembuhan. Dokter yang menangani Jiddah sudah berusaha memberinya obat dan perlakuan yang terbaik. Namun, takdir berkata lain. Prognosa buruk. Kemungkinan sembuh kecil. Karena setelah koma beberapa hari Jiddah Habibah mengalami kejang-kejang. Mirip kejang orang yang sedang mengalami sakaratul maut.
Menjelang kematian, pada umumnya orang mengalami keadaan dengan kesadaran "menyempit" dan menurun sehingga mudah menerima perintah dan bimbingan orang baik yang ada di dekatnya. Oleh karena itu ketika Jiddah memasuki fase sakaratul maut, Umi pun berinisiatif memberi Jiddah bimbingan sakaratul maut secara intensif. Babah mendukung inisiatif Umi. Karena jika meninggal dunia maka Insya Allah husnul khotimah dan jika sembuh maka Insya Allah hidupnya berkah.
Bimbingan sakaratul maut dalam kisah ini adalah secara halus dan tidak langsung mengajak orang yang sakit atau pasien untuk membersihkan hatinya dan berdoa dengan doa-doa yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam contohkan. Sakratulmaut itu sendiri memiliki makna sebagai keadaan atau saat-saat seseorang menghadapi kematiannya. Dengan kata lain saat-saat menjelang ajalnya tiba.
Sakratul maut berasal dari kata sakarat yang berarti mabuk dan al-maut berarti kematian. Pada umumnya saat menjelang kematian kondisi seseorang seperti orang mabuk sebagai akibat merasakan penderitaan dan rasa sakit yang tidak tertahankan. Dengan demikian, bimbingan sakratulmaut dengan izin-Nya akan membantu pasien yang sedang mengalami sakaratul maut lebih siap menghadapi detik- detik kematiannya dengan cara yang baik. Mengingat godaan syetan menjelang kematian begitu dahsyatnya.
Sakratulmaut adalah suatu kondisi yang luar biasa sakitnya. Sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam gambarkan dalam sebuah hadis , "Sakitnya Sakratulmaut itu kira kira tiga ratus sakitnya pukulan pedang. " (HR Ibnu Abid Dunya )
Untuk meringankan sakitnya, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun berdoa," Ya Allah. Sesungguhnya Engkau mengambil nyawa di antara urat ruas dan anak - anak jari. Ya Allah, tolonglah aku dalam ( menghadapi kematianku dan ringankan kepedihannya atasku. "