Dini hari. Keresahan Hana bertambah ketika ia teringat perkataan Sari. Temannya saat kuliah itu mengatakan bahwa suaminya mau menikah lagi dengan gadis asal Indonesia.
Dalam keresahannya itu, Nenek Kha muncul di ruang imajinasinya sambil menyampaikan narasi yang bersumber dari tulisan Umi tentang poligami.
"Hai Hana, di dunia ini nyaris tak pernah ada wanita yang ingin hidup dalam poligami, baik menjadi istri pertama yang dimadu maupun menjadi isteri kedua. Tetapi jodoh, rezeki dan mati setiap orang ada ditangan-Nya. Sehingga jika takdir menuntun seorang wanita menjadi isteri kedua, apa yang bisa ia perbuat?
Sebagian besar wanita menganggap poligami itu identik dengan monster makhluk berwajah seram produk imajinasi. Sehingga tidak mengherankan jika ada wanita yang mengalami kecemasan irasional karena takut suaminya berpoligami. Bahkan ada wanita yang sampai menderita paranoid alias suka curiga karena saking takutnya suaminya berpoligami. Benarkah poligami itu sedemikian menyeramkan sebagaimana yang mereka bayangkan ?
Sesungguhnya pernikahan itu tidak bisa lepas dari masalah. Coba tengok angka perceraian yang terjadi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS, pada tahun 2021 ada sekitar 447.743 kasus perceraian yang terjadi di Indonesia. Angka tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 292.677 perkara. Lantas apakah kita berhak melarang orang lain melakukan pernikahan hanya karena angka perceraian semakin tinggi? Begitu pula terhadap poligami, apakah kita lantas mencegah orang lain melakukan poligami hanya gara-gara segelintir kasus poligami bermasalah?
Di lubuk hati yang paling dalam, tentu setiap wanita lebih suka menikah, menjadi isteri dan menjadi ibu bagi anak-anak yang akan dilahirkannya daripada menjalani hidup sendiri sebagai jomblo sepanjang hidupnya.
Menjadi jomblo memang keren selama ia mampu menjalani kesendiriannya dengan sabar seperti Maryam binti Imran-ibunda nabi Isa Alaihi Sallam yang menghabiskan waktunya hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Sayangnya, tidak banyak wanita jomblo yang mampu menjalani hidup ala Maryam. Lalu, kemanakah para wanita jomblo berlabuh jika pintu-pintu pernikahan monogami sudah tertutup rapat bagi mereka?
Penulis pernah menjumpai seorang muslimah berwajah kusut. Selidik punya selidik ternyata di balik wajah kusutnya itu tersimpan kesedihan yang mendalam karena belum menikah di usianya yang matang. Betapa besar keinginannya untuk menjaga kehormatan diri lewat pernikahan, tetapi hingga usia empat puluh tahun belum ada lelaki yang mau melamarnya kecuali seorang lelaki kaya yang sudah beristri dan mencintainya. Bagaimana jika muslimah yang berwajah kusut itu anak kita?
Sesungguhnya kebahagiaan tertinggi seorang wanita itu terletak di dalam rumahnya yaitu ketika ia bisa menjadi isteri yang taat kepada suaminya. Dan hal itu hanya bisa ia peroleh setelah menikah. Dengan menikah seorang wanita mendapatkan kesempurnaan agamanya. Hampir tidak ada wanita yang bisa mensyukuri hidupnya manakala ia tak pernah memperoleh kesempatan untuk menikah. Sedangkan laki-laki pada umumnya memandang menikah itu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya secara halal, mendapatkan kedamaian dan memperoleh keturunan.
Poligami jelas-jelas sesuatu yang tidak dilarang-Nya, sebagaimana firman-Nya."...maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil maka nikahilah seorang saja, atau hamba perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim." (QS An-nisa:3) Jadi kenapa wanita melarangnya?