Dalam Bayangan Sirosis

Abdisita Sandhyasosi
Chapter #99

Stres Berat


Setelah berkata tiga patah kata, dokter Ahmad merebahkan dirinya ke tempat tidur. Dan tidak lama kemudian ia tertidur pulas. Hal itu membuat Hana merasa kesal. Sudah capek-capek menunggu eh ternyata yang ia tunggu langsung tidur.


"Rasanya aku sudah tidak tahan lagi hidup bersamanya. Aku harus menelpon Umi." Hana berkata dalam hati sambil meraih ponsel yang ia taruh di meja rias. Lalu ia bergegas meninggalkan kamar. Ketika sudah berada di ruang keluarga ia memencet nomor telpon Umi.

"Halo!" Terdengar suara Umi menjawab telpon.


"Assalamu alaikum Umi."


"Waalaikummusallam Hana. Ada apa sayang?" Umi langsung bertanya.


"Aku mau pulang ke Indonesia Umiii." Hana menyahut dengan nada kesal.


"Ke Indonesia?" Umi bertanya keheranan.


"Aku rindu Indonesia."


"Apakah bersama suamimu?"


"Tidak. Aku sendiri yang akan pergi ke Indonesia. Aku mau ziarah ke kuburan Abi dan Kak Wildan. Aku mau menyusul mereka."


"Apa? Menyusul mereka? Ada apa denganmu, Hana?"

Hana tak menjawab.


"Bukankah ada Husein dan Ismail yang selalu menyayangimu, Hana?"


Air mata Hana meleleh. Dan tak lama kemudian tangis Hana meledak.

"Sayang, kenapa kamu?" Umi mulai panik.


"Aku stres berat Umi. Karena itu biarkan aku menjadi kekasih Allah, Umi."


"Iya Insya Allah. Tetapi kau juga harus tetap menjadi ibu yang tangguh dan penuh kasih sayang bagi anak-anakmu, Hana."


"Husein dan Ismail memang kekuatan hidupku."


"Mereka adalah anak-anak yang sholeh. Penyejuk mata bagi dirimu."


"Umiii... Aku sakiiit."


"Semoga Allah memberimu kesembuhan. Aamiin Yaa Rabb."


"Umiii... Sejak aku menikah dan punya anak, aku merasa hidupku semakin terkekang."


"Hal itu bisa membuatmu stres."


"Aku sudah mengalami stres berat, Umi. Bahkan nyaris depresi."


"Kalau kamu ingin hidup bahagia maka jangan biarkan stres menguasai dirimu."


 "Tapi Umi, beratnya menjalani hidup berumah tangga membuat aku stres berat."

Lihat selengkapnya