Kira-kira pukul sepuluh pagi dokter Ahmad bangun. Setelah mandi dan berpakaian rapi, dokter Ahmad mengucapkan salam.
"Assalamu alaikum." Dokter Ahmad berkata sambil bergegas pergi. Ia tak menoleh sedikit pun ke arah Hana.
"Wa alaikum sallam." Hana menjawab salam dengan penuh tanda tanya di hati.
Dokter Ahmad meninggalkan apartemen. Hana berdiri terpaku di dekat pintu ruang tamu.
"Ummi aku sudah bangun." Tiba-tiba Husein muncul sambil menghampiri Hana.
"Mandi ya sayang." Hana berkata spontan.
"Iya Ummi."
"Jangan lupa gosok gigi."
"Iya Ummi." Husein menjawab sambil melangkah ke kamar mandi.
Lima belas menit kemudian Ismail bangun. Hana segera memandikan Ismail. Setelah memberi Ismail pakaian, Hana memberi Ismail ASI sambil membaca sholawat.
Tangan Ismail tidak bisa diam. Ia minum ASI sambil memegang mainan bayi. Sementara itu setelah mandi dan berpakaian, Husein menumpahkan mainannya ke lantai. Ia menyusun pusel ka'bah.
Setelah kenyang minum ASI, Ismail tertidur. Dan Hana menidurkannya di box bayi.
^_^
Tiga puluh menit berlalu. Dokter Ahmad datang. Ia tidak sendirian. Ia datang bersama Umi.
Hana terkejut. Ternyata Umi benar-benar datang ke apartemennya. Umi mengatakan bahwa ia naik pesawat dari Riyadh ke Khobar. Setelah tiba di Khobar suaminya menjemputnya.
Hana dan Umi duduk di sofa di ruang keluarga.
"Semoga Allah ta'ala memberimu kesabaran yang indah, Hana." Umi memulai pembicaraan.
"Amin Ya Allah." Hana menyahut dengan dahi berkerut.
"Apakah Sari masih menghubungimu, Hana?"
Mendengar Umi menyebut nama Sari kontan saja hati Hana terasa sakit. Ia jadi teringat kata-katanya yang lebih tajam daripada silet beberapa waktu yang lalu. Lukanya kembali menganga.