Baru saja kemarin Hana dapat kabar bahwa Umi sembuh dari penyakitnya, sekarang dapat kabar bahwa Babah mengalami kecelakaan.
Hati Hana mulai berkecamuk. Tetapi, Hana berusaha menenangkan dirinya. Hatinya tak henti-hentinya membaca dzikir, sholawat, istighfar dan berdoa. "Ya Allah berilah Babah kesembuhan."
Hana mencoba menyibukkan dirinya di dapur. Ia memasak untuk persiapan makan malam suaminya.
Hana membuat nasi kabsah di rice cooker. Ia memotong-motong wortel menjadi beberapa bagian dan merebusnya di panci stainless. Lalu ia memotong-motong mentimun yang sudah ia cuci. Memasak fillet daging kambing dengan bumbu kambing guling. Setelah semua bahan siap, Hana baru menggulungnya dengan nori (rumput laut lembaran). Kemudian Hana memotong-motong kimbab Arab dan memasukkannya ke wadah makanan.
Mendadak Hana teringat peristiwa masa lalu. Pagi itu ketika jam di ponsel menunjukkan pukul sembilan. Husein sedang asyik bermain mobil remote di sekitar lantai dapur. Sedangkan Hana sibuk membuat siomay ayam. Hana menyiapkan beberapa bahan siomay ayam di dapur.
"Kamu mau membuat apa sayang?" Umi bertanya kepada Hana begitu memasuki dapur.
"Aku mau uji coba membuat siomay ayam, Umi." Hana menjawab sambil mengambil satu kantong plastik ayam yang telah ia blender dan setumpuk kulit pangsit dari dalam lemari es.
"Bahan siomay ayam itu apa saja sayang ?" Umi melangkahkan kaki menghampiri Hana.
"Daging ayam yang telah dihaluskan, tepung tapioka, kulit pangsit, bawang daun , bawang merah, bawang putih, minyak wijen, telur ayam dan merica halus."
"Sepertinya ada yang kurang, Hana."
"Oh ya kurang labu siam."
"Kamu bisa mengambil labu siam yang ada di kebun."
"Saatnya menengok kebun labu siam." Hana berseru gembira. Lalu ia mengambil keranjang plastik dari lemari dapur dan melenggang menuju sebuah sudut halaman rumah yang ia dan suaminya sulap menjadi kebun mini.
Diam-diam dokter Ahmad mengikuti Hana dari belakang.
Sampai di kebun mata Hana terbelalak. Dalam hati ia berkata. "Rezeki yang tak disangka-sangka."
"Masya Allah banyak sekali labu siamnya." Hana berseru kegirangan sambil memetik labu siam dan memasukkannya ke dalam keranjang. Ia tak menyangka tanaman labu siamnya berbuah sebanyak itu. Ia bisa mengolahnya menjadi siomay, lodeh atau kuluban. Alhamdulillah. Tak henti-hentinya ia bersyukur.
Tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang.
"Habibi." Hana berseru spontan.
Dokter Ahmad menurunkan tangannya. Lalu memeluk Hana dari belakang beberapa saat.
"Seperti tinggal di surga ya Habibi. Ketika ingin sayur labu siam kita tinggal memetiknya." Hana membalikkan badannya.
"Ya. Alhamdulillah surga ada di halaman rumah kita."
"Dan Habibi adalah pintu surga aku. Kata Umi dalam tulisannya yang berjudul Pesan Cinta untuk Putriku. suami adalah pintu surga istri."
"Benar kata Umi kamu. Oleh karena itu seorang istri harus mentaati suaminya jika ia ingin mendapatkan tiket ke surga."
Dokter Ahmad menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan.