Dalam Naungan Cinta

Nova
Chapter #2

Dalam Bayangan Kelam

Bagian 2

{Dalam Bayangan Kelam}

 

“Kaki kamu patah, bibir kamu pecah, luka di pungung kamu juga cukup parah.. sebaiknya telfon rumah sakit, kamu butuh perawatan serius. Permisi!” ujar perempuan itu seraya berlalu pergi meninggalkan Ringgo seorang diri dengan luka-luka yang semakin terasa menjalar di sekujur tubuhnya.

“RAMONNNNN!!!”

“Siap bos, ada apa bos?”

“Suruh orang buat nyelidikin siapa yang udah bantu Marbun semalam, kasih info ke gue secepatnya!!!”

“Baik bos...” ujar seorang laki-laki muda yang di panggil ‘Ramon’ itu sambil berlalu dari hadapan Ringgo, sementara Ringgo memejamkan matanya, luka-luka di tubuhnya seakan menganga dan dia berusaha mengingat dengan jelas wajah orang yang sudah melakukan hal keji itu.

“Gue pasti akan cari dan bales semua perbuatan lu. Brengsekkkkk!!!” untuk kesekian kalinya Ringgo kembali meratapi kekalahannya, peristiwa semalam masih terlihat jelas di hadapannya, hanya satu orang tapi kenapa dia dan gerombolannya bisa kalah? Hanya satu orang, fakta itu lebih menyakitkan di banding luka yang dia derita saat ini.

Sementara itu Jeck masih terkapar di atas tempat tidurnya, perkelahian sengit semalam cukup menguras tenaga dan seperti biasa satu hari ini dia akan beristirahat penuh untuk memulihkan tenaganya.

Tok! Tok!! Tok!!!

“Bang Jeck...”

“Bang, ini Monti bang...” ujar seorang laki-laki muda dengan nada sedikit keras, sunyi tidak ada jawaban dan itu membuatnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan kecil itu.

“Beuh masih tidur ternyata, gue taruh disini aja deh” gumannya sambil meletakkan plastik yang di bawanya di atas meja di sebelah ranjang tempat dimana tubuh Jeck masih tertidur pulas disana.

“Monti pamit pulang dulu ye bang bos, jangan lupa di makan sarapan eh ini mah udah lewat dari jam makan siang. Ya pokoknya jangan lupa di makan ya bang bos, cepet membaik..”

“Permisi...” ujar Monti sebelum keluar dari ruangan itu, dia tau persis Jeck masih terlelap dan tidak mendengar apa yang dia bicarakan tapi dia tetap memberi nasihat untuk ‘bang bos’nya itu.

Hingga hari beranjak sore, Jeck baru terbangun dari tidurnya dan dia merasa pegal yang menjalar di seluruh tubuhnya. Beberapa kali dia menguap lebar sambil memijat-mijat beberapa bagian tubuhnya, tangannya meraba ke atas meja yang ada di samping tempat tidurnya kemudian dia segera terduduk dan membuka matanya lebar-lebar.

“Monti...” gumannya pelan, kemudian dia tersenyum melihat plastik yang berisi makanan juga satu plastik teh hangat yang sudah dingin. Jeck beralih pada saku jaketnnya kemudian mengambil sebuah benda kecil dari dalamnya, cukup banyak bekas panggilan dan juga pesan yang masuk pada ponselnya.

Bang, lu masih hidup kan? -Danar

“Ck!” Jeck mendegus malas saat membaca sebuah pesan, dia segera mengambil sebatang rokok dan menyulutnya dengan korek api lalu menghisapnya dalam-dalam.

“Gue juga benci sama hidup gue Nar!”

###

“Ayah, kenapa kita harus bersholawat? Memangnya apa untungnya yah?” pertanyaan itu keluar dari mulut kecil seorang anak laki-laki dengan sebuah peci di atas kepalanya, wajah polosnya menatap sang ayah dengan penuh keingintahuan.

“Banyak nak, banyak sekali keutamaan kita bersholawat atas baginda nabi agung Muhammad SAW. Diantaranya kita akan mendapat syafaat di yaumul qiyamah nanti, syafaat itu artinnya perlindungan, perlindungan dari Rasulullah untuk kita di hari kiamat nanti...

“Bersholawat adalah bentuk cinta kita kepada Rasululullah, dengan sering bersholawat mudah-mudahan kita termasuk yang di akui sebagai umatnya dan kelak kita akan di kumpulkan bersama dengan beliau di surga. Habibi mau kan masuk surga?” pertanyaan lembut itu mengakhiri kajian yang di berikan oleh sang ayah, Habibi tersenyum menatap ke arah ayahnya.

“Mau dong ayah!!!”

“Semangat banget anak ayah, jadi kalo mau masuk surga banyakin apa nak?”

“Bersholawat ayah...”

“Bener, nilainya seratus untuk anak ayah. Jangan lupa juga selalu jaga sholat lima waktu, berpuasa, sedekah dan juga membaca Al-Qur’an..”

“Iya ayah, nanti kalo udah besar Rohmat mau jadi ustadz! Apa Habi bisa jadi ustadz yah?”

“InsyaAllah bisa nak, ayah yakin kalo suatu hari nanti kalo kamu udah besar, kamu pasti bisa jadi ustadz, tapi ingat kalo mau jadi ustadz kamu harus rajin yaa..” ujar sang Ayah sambil membawa putra kesayangannya itu duduk di pangkuannya, wajah anak itu menatap sang ayah dengan sumringah.

“Kenapa harus rajin ayah?”

“Iya dong, mana ada ustadz yang males-malesan.. bener apa bener?”

“Siap ayah!” ujar Habibi dengan memberikan hormat kepada sang ayah, sementara ibunya tersenyum bahagia melihat kedekatan anak dan ayah itu.

“Habi, makan dulu ya nak..”

“Asikkk!!!”

“Pelan-pelan sayang, nanti keselek loh..” pesan sang ibu saat melihat putranya yang melahap makanan dari piringnya dengan tergesa-gesa sambil menyiapkan makanan untuk suaminya.

Tok! Tokk!! Tokkk!!!

“Pak Rahman keluar!”

“Keluar! Keluar!”

“Buka pintunya!”

Lihat selengkapnya