Dalam Naungan Cinta

Nova
Chapter #3

Penjahat dengan kisah 'Jahat'

Bagian 3

{Penjahat dengan Kisah ‘Jahat’}

 

“Malam bang..”

“Ngapain lu kemari?” Jeck menatap acuh tak acuh ke arah Danar yang baru saja duduk di sampingnya, sementara satu tangannya sibuk dengan korek dan sebatang rokok yang sedang di sulutnya.

“Ada yang coba-coba jail”

“Beresin!”

“Tapi sepertinya dia cuman suruhan bamg...”

“Gue gak kenal sepertinya, siapa?”

“Profesi dia Hacker, dia lagi nyari tau tentang abang dan sepertinya orang suruhan Ringgo bos”

“Ringgo?”

“Orang yang abang abisin malem itu, pas di pasar Baru..” Danar berujar dengan sedikit penekanan, dia tau persis Jeck sudah melupakan kejadian itu mungkin karena sudah terlalu banyak korban yang di habisi oleh bosnya itu.

“Harusnya urusan dia sama Marbun”

“Itu dia bang..”

“Biar gue yang urus! Lu urus pangkalan, sekalian pasar Baru. Marbun belum balik ke pasar gue gak mau ada yang usil sampek Marbun balik!” tegas Jeck sambil kembali menghisap rokok di tangannya dalam-dalam, Danar memberikan isyarat setuju dan tidak menanyakan apapun lagi.

Sesuai dengan laporan Danar, sebenarnya Jeck tidak ingin mengurus hal remeh temeh seperti ini tapi karena sudah mengusik tentang hidupnya maka dia memutuskan untuk turun tangan sendiri, terlebih memang tidak ada yang tau tentangnya selain dirinya dan Tuhan saja.

‘Ck...’ Jeck berddecak pelan, dia sedang mengintai orang yang berusaha mencari tau tentangnya dan dia tau persis orang itu bukan lawan yang seimbang untuknya, hal itu membuatnya tidak terlalu tertarik.

“Hallo ma, iya ma ini sebentar lagi juga pulang kok ma... Ada kok ma, udah mama tenang aja ya, operasi mama tetap sesuai sama tanggal yang udah di tentuin, mama gak perlu mikirin biayanya semua udah aku urus kok.. Iya ma, udah dulu ya ma..”

Jeck berbalik setelah mendengar pembicaraan laki-laki muda itu di telfon, dia kembali mengikuti jejak laki-laki itu hingga dia berhenti pada sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian.

“Hallo, maaf bang apa saya bisa ambil jatah saya sekarang? Saya tau saya belum mengerjakan apa yang abang minta, tapi saya janji saya pasti akan kasih laporan secepatnya! Lusa mama saya harus di operasi bang, tolong saya bang! Terserah ini mau di anggap hutang atau gimana, saya mohon bang atau ijinkan saya bertemu sama bang Ringgo...”

‘Ternyata benar, ada hubungannya sama Ringgo’ guman Jeck seraya mengalihkan padangannya, tak lama kemudian laki-laki muda itu berlalu dengan wajah yang terlihat lesu.

Satu tepukan menghentikan langkahnya, dengan panik dia menoleh ke belakang dan sesaat kemudian matanya terbelak, mulutnya tidak sanggup lagi mengeluarkan sepatah katapun.

‘Disini dia rupanya, bagus...’ guman Bobi sambil tersenyum licik.

###

“Lu jangan main-main! Cuman jarak beberapa jam dari lu telfon gue tadi, lu pikir gue bodoh!”

“Saya serius bang, saya udah dapet banyak informasi tentang orang itu!”

“Kalo lu sampek ngarang apalagi boongin gue, gue bakal pastiin lu abis!” hardik Ramon di ujung telfonnya, sementara dengan sesantai mungkin si penelpon berusaha menyakinkan kebenaran akan ucapannya.

“Lu dimana sekarang?”

“Di gang buntu bang, jalan Cendrawasih!”

“Gue kesana sekarang” putus Ramon sambil menutup sambungan telfonnya, dia segera beranjak dari tempatnya.

Beberapa saat kemudian Ramon tiba di tempat yang telah di janjikan, dia melihat pada sekeliling tempat itu, setelah memastikan jika tempat itu aman Ramon segera mendatangi laki-laki muda itu.

“Gimana, apa yang lu tau sekarang?”

“Bang Jeck...”

“Jangan sebut namanya, sebut aja apa yang lu tau!” ujar Ramon dengan sedikit penekanan membuat wajah di hadapannya itu sedikit menunduk.

“Apa yang lu mau tau tentang gue?” tanya sebuah suara dengan datar tapi terdengar mematikan, Ramon reflek menoleh dan dia baru menyadari ada seseorang diantara mereka.

Jeck membuka hoodie yang menutupi kepalanya, kedua tangannya masuk pada kantong hoodienya dan menatap Ramon dengan sebuah senyum sinis yang tersunging di ujung bibirnya.

“Ngapain lu nyuruh bocah, sekarang lu mau nanya apa? Gue jawab, tenang aja free kok gak perlu lu bayar, gue juga bukan selebriris...”

“Elu..?”

“Jeck” dengan tertawa geli Jeck mengulurkan tangannya mengajak Ramon untuk berkenalan, sementara itu laki-laki muda yang sedang berada diantara mereka sedang ketakutan sehingga tidak merasa lucu dengan jokes yang di utaran Jeck.

“Gue gak tau lu siapa, ngapain lu cari tau tentang gue?”

Hening, tidak ada jawaban untuk pertanyaan Jeck sementara Ramon berdiri cepat dan langsung menarik kerah baju orang suruhannya itu dengan mengumpat keras karena merasa di jebak.

“Brengs*k, berani-beraninya lu jebak gue!”

“Ck, lu kalo mau cari keringet sama gue! Jangan sama bocah, sini!” ujar Jeck pelan sambil menghempaskan kedua tangan Ramon, hanya hentakan kecil saja tapi cukup membuat tubuh Ramon nyaris terhempas.

Bayangan Ringgo dengan luka-lukanya cukup membuat Ramon kehilangan nyali, dia lebih memilih harga dirinya rusak di bandingkan harus mengalami apa yang dialami oleh bos dan rekan-rekannya.

Lihat selengkapnya