Dalam Naungan Cinta

Nova
Chapter #8

Sisa Hidup si Gadis Malang

Bagian 8

{Sisa Hidup si Gadis Malang}

 

“Cari tau semua, sekecil apapun.. terlebih siapa aja yang deket sama dia, karena itu jalan yang paling mudah buat ngancurin dia!”

“Sulit bos, karena selama bertahun-tahun kita ngawasin dia gak pernah deket sama siapapun, semua orang yang dia temui itu cuman kebetulan dan gak ada hubungan apapun, cuman ada dua orang kepercayaannya dan itupun gak mungkin bisa kita gangu gugat”

“Setiap orang pasti punya kelemahan, sehebat apapun dia!”

“Tapi bos..”

“Kita cari tau pelan-pelan, gue yakin si brengs*k itu bakal dapet hari sial!” tandas laki-laki gondrong yang di panggil ‘bos’ itu, dendamnya selalu membara setiap menyebut satu nama itu, nama dari orang yang sudah menghancurkan keluarga dan impiannya, nama dari mahluk yang paling di bencinya, Jeck.

Jeck sedang mengutak-atik ponselnya, dia mencoba menghubungi seseorang namun tidak berhasil, beberapa kali dia melakukan hal sama namun tetap mendapatkan hasil yang sama.

“Sial, kemana sih tuh bocah?”

“Kenapa bos?” tanya Monti yang baru saja masuk ke ruangan itu, Jeck menatap tajam ke arahnya.

“Kemana Danar?”

“Gue gak tau bos..”

“Bohong!”

“Bener bos, gue gak tau dia kemana. Terakhir ketemu dua minggu yang lalu, pas dia minta ijin buat liburan bareng nyokapnya..”

“Mulai gak beres tu bocah!” degus Jeck kesal, sementara Monti hanya diam tidak menanggapi.

“Lu hubungin tu bocah sampek dapet, suruh orang buat nyari dia dan seret dia ke gue!”

“Siap bos...” ujar Monti dengan sedikit bergidik ngeri, dia segera meninggalkan tempat itu tanpa banyak biacara lagi dan merutuki tindakan Danar yang membuatnya mendapat masalah.

###

“Kamu lagi sakit?”

“Enggak kok mas, cuman sedikit pusing aja..”

“Tapi muka kamu pucet”

“Saya gak papa mas, mungkin cuman efek kecapekan aja jadinya kelihatan pucet, permisi ya..” ujar Nada sambil berlalu sementara Kahfi menatap cemas ke arahnya, hampir dua minggu dia tidak melihat keberadaan gadis itu dan hari ini dia melihat kondisi gadis itu terlihat sangat mengkhawatirkan.

Khawatir dengan kondisi Nada membuat Kahfi terus memperhatikan gadis itu meski dari kejauhan, sementara Nada kembali mengadahkan tangan memohon doa dan harapan sesuai sholat, tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat pusing dan matanya mulai berkunang-kunang.

‘Jangan, jangan disini.. jangan sekarang..’ lirihnya penuh harap, dia merasa ada sesuatu yang mulai keluar dari kedua lubang hidungnya, Nada segera menyeka hidungnya dengan mukena yang dia kenakan, sedetik kemudian ekpresi di wajahnya berubah begitu melihat bercak darah yang cukup banyak menempel pada ujung mukenanya.

Nada panik, dia segera mengambil dan membuka tasnya tapi dia tidak menemukan benda yang dia cari, kemudian dia teringat jika benda itu tertinggal di motornya yang berada di parkiran.

“Aduh...”

Bawahan mukena yang masih di kenakan menyerempet kakinya membuatnya kembali terduduk saat akan berdiri, Kahfi segera menghampiri gadis itu begitu mendengar suaranya mengaduh.

“Nada kamu..”

“Tolong.. tolong ambilin tissue di motor..” pinta Nada sambil menutup hidungnya dengan mukena, tapi darah itu terus mengalir dan membuat motif pada mukena yang berwarna putih itu.

“Ini..”

“Terimakasih..” ujar Nada saat Kahfi menyerahkan sekotak tissue, dia segera menyeka darah yang mengalir dari hidungnya itu dengan tissue, tapi ternyata darah itu tidak berhenti mengalir dari kedua lubang hidungnya.

“Nada..”

Nada tidak menjawab, kepalanya semakin terasa pusing dan darah itu pun tidak kunjung berhenti mengalir, tubuhnya semakin melemas sementara Kahfi sangat panik melihat kondisi Nada yang berlumuran darah.

“Sebentar ya, aku cariin obat buat kamu..”

“Nggak..” Nada tidak sanggup melanjutkan ucapannya, sementara Kahfi telah berlalu dengan berlari kencang, sekujur tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengucur deras di dahinya.

Beberapa menit kemudian Kahfi kembali, dia segera menghampiri tubuh lemas Nada yang bersandar pada tiang masjid, di tangganya terdapat dua buah daun sirih yang sudah di memarkan, Kahfi membantu Nada meletakkan daun sirih itu pada lubang hidungnya yang masih meneteskan darah.

“Maaf ya Nad...” ujarnya pelan sambil segera memberikan pertolongan karena tubuh gadis itu sudah benar-benar lemas, sebenarnya Kahfi tidak tau benar tentang obat-obatan dia hanya pernah mendengar jika dauh sirih bisa membantu menghentikan darah yang mengalir saat mimisan.

‘Ya Allah..’ ratapnya penuh harap, sesekali Kahfi mengusap keringat yang bercucuran di wajahnya kondisi Nada semakin membuatnya cemas, sementara tidak ada satu orangpun yang sedang melintas di sekitar masjid itu.

“Mas Kahfi...”

“Nada, gimana.. kamu..” Kahfi tidak mengerti harus berkata apa, Nada mulai membenarkan posisi duduknya dan mengusap sisa darah di hidungnya kemudian mengambil daun sirih yang dari kedua hidungnya.

“Minum dulu..”

“Terimakasih” Nada meneguk air putih di dalam gelas yang di sediakan oleh Kahfi, kemudian dia tersenyum ke arah pemuda itu.

“Gimana kondisi kamu? Apa masih pusing?”

“Gak kok mas, aku udah baikan.. terimakasih ya sudah membantu, maaf jadi merepotkan..”

“Nggak merepotkan sama sekali Nad, tapi beneran kamu udah gak papa?”

“Gak papa kok”

“Bener?”

“Iya bener, tapi darimana mas Kahfi tau kalo daun sirih bisa bikin mimisan berenti? Saya yang sering mimisan aja gak tau soal itu, baru tau ini tadi..” tanya Nada pada Kahfi yang masih menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

Lihat selengkapnya