Bagian 10
{Jihan dan Patah Hatinya}
“Apa yang bisa kamu harapkan dari menikahi perempuan seperti aku? Aku hanya menunggu kematian, aku bisa mati kapan aja, aku juga bukan perempuan yang sempurna dan pantes buat kamu..” ujar Nada sendu, sepoi angin menerpa wajah dan menerbangkan rambut sebahunya, dia tersenyum di tenggah airmata yang mulai membasahi pipinya.
“Semua orang juga akan mati..”
“Tapi aku sakit mas, aku hanya akan menyusahkan kamu nantinya”
“Nada, kamu harus tau.. ini pertama kalinya aku jatuh cinta, aku gak perduli siapapun kamu, gimanapun kondisi kamu! Yang aku mau kamu ijinin aku buat jadi pendamping hidup kamu, menikahlah denganku..” Kahfi berusaha menyakinkan gadis yang masih terus menahan isak tangisnya itu.
“Kamu bilang kalo kamu mau melakukan banyak hal kan? Kita akan melakukan banyak hal bersama setelah kita menikah, aku tidak bisa berjanji untuk selalu membahagiakan kamu tapi semoga Allah memberikan kebahagiaan di dalam pernikahan kita nanti..”
“Tapi mas...”
“Kamu mau kan?”
“Mas aku..” Nada tampak ragu, dia tidak meneruskan ucapannya sementara Kahfi menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan, dia menaruh banyak harapan pada gadis itu dan harapan yang sama juga terlihat dari mata gadis itu.
###
Drrtt.. drtt.. drrtt!
“Hallo”
“Bos.. bos.. boss..”
“Kenapa lu?”
“Gawat bos.. gawat..”
“Kenapa?”
“Basecamp di acak-acak bos...” ujar Monti dengan nada panik, Jeck yang baru saja keluar dari bandara langsung mempercepat langkahnya, taxi yang di tumpanginya segera melaju ke suatu tempat yang baru saja dia sebut.
Sepanjang perjalanan wajahnya terlihat gusar, ini pertama kalinya ada kerusuhan di basecamp dan sudah dapat di pastikan jika ini adalah ulah dari salah satu anggota mereka karena tidak ada orang lain yang mengetahui tempat kumpul mereka itu selain anggota mereka sendiri.
“Brengs*k!”
Sementara itu Jihan tanpa sengaja mendengar pembicaraan abahnya melalui sambungan telfon, dengan seksama Jihan berusaha mempertajam pendengarannya agar bisa menyimak apa yang di bicarakan oleh abahnya di telfon itu.
“Alhamdulillah abah sehat, kamu gimana disana?
“Alhamdulillah kalo kamu juga sehat, betah kan disana?
“Syukurlah kalo gitu nak..
“Menikah? MasyaAllah, abah merestui nak.. kapan kamu akan melamar gadis itu? Abah sama umi inysaAllah akan dampingi kamu, kabarin secepatnya ya nak.. Iya, kamu baik-baik disana..
“Waalaikumsalam..” ujar Abah sebelum menutup telfonnya, wajahnya terlihat sangat sumringah sementara istrinya yang baru saja keluar dari kamar menatap heran ke arahnya sambil membenarkan hijab yang sedang dia kenakan.
“Ada apa bah? Senyum-senyum sumringah banget?”
“Iya umi, Alhamdulillah..”
“Iya Alhamdulillah, tapi apa yang bikin abah jadi senyum-senyum sendiri gitu?”
“Abah baru aja dapet kabar, kalo sebentar lagi kita akan punya menantu umi..”
“Menantu?” umi masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan suaminya itu, dia melirik sekilas ke arah kamar Jihan yang tertutup rapat.
“Memangnya siapa yang mau ngelamar Jihan bah?”
“Bukan Jihan umi, anak laki-laki kita... Kahfi”
“Kahfi?”
‘Mas Kahfi?’ lirih Jihan pelan, ekpresi di wajahnya langsung berubah begitu mendengar nama itu dan berita tentang pernikahannya, laki-laki yang paling dia sayang tapi juga paling di bencinya.
Pernikahan yang selalu di impikan oleh Jihan, hidup dan menua bersama laki-laki yang amat dia kagumi, laki-laki yang menjadi cinta pertamanya, laki-laki yang sangat sempurna tanpa celah di matanya dan sekarang laki-laki itu akan segera melangsungkan pernikahan dengan perempuan lain yang menjadi pilihan hatinya.
Hancur!
Sakit!
Perih!
Hilang semua mimpinya, runtuh semua harapannya pertahannanya selama ini, pelarian yang dia usahakan, Zayn yang menawan ternyata tidak mampu meredam kesedihannya gadis itu tetap merasa hancur, hancur-sehancur hancurnya.
###
“Lu tau kan penghianat akan berakhir kayak gimana?” geram Jeck saat melihat kondisi basecampnya yang luluh lantah, Monti terdiam di sampingnya dia tau persis saat ini Jeck sedang marah besar.
“Suruh Danar nemuin gue secepatnya, atau gue yang bakal nyari dia!”
“Maksud bos, Danar..”
“Suruh tuh bocah nemuin gue dalam waktu duapuluh empat jam, kalo gak gue bakal abisin dia!”
“Siap bos..”
“Cabut lu!” hardik Jeck, sementara Monti segera ngibrit dari hadapan bosnya itu tanpa banyak ba bi bu lagi.
“Ck, sial!!!” maki Jeck, dia mulai memeriksa kendali pada tempat-tempat yang menjadi tangung jawabnya, ternyata banyak sekali kekacauan yang terjadi disana sini, seakan pertahannya sebagai penguasa tunggal yang paling di takuti mulai runtuh dan itu tidak bisa di biarkan.
Drrtt.. drttt.. drrtt..