Bagian 12
{Dia yang Menyebalkan}
“Lu nggak papa?” untuk pertama kalinya Jeck menanyakan hal itu pada orang yang bahkan tidak di kenali nya, untuk pertama kalinya seorang Jeck perduli pada keselamatan orang lain, untuk pertama kalinya hal itu dia tanyakan pada seorang perempuan.
Jihan terdiam lama, wajahnya masih pucat pasi tubuhnya masih terjebab di bawah sebuah pohon yang cukup besar. Nafasnya masih tersengal, gadis itu terlihat sanggat ketakutan. Di hadapannya terkapar dua tubuh besar yang baru saja jatuh akibat pukulan keras sebuah balok besar beberapa kali pada belakang tenguk keduanya, ini pertama kalinya Jihan menyaksikan aksi heroik yang cukup brutal.
“Eh, maaf..” Jihan berusaha berdiri dengan berpegang pada pohon di belakangnya, dia berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang.
“Terimakasih ya? Udah nolongin saya..”
Jeck menganggukan kepalanya, setelah memastikan tidak terjadi hal buruk pada gadis itu dia pun mulai melangkah pergi meninggalkan gadis itu. Jihan mulai melangkah tapi gadis itu baru menyadari jika kakinya terasa perih, untuk kedua kalinya tubuh Jihan terjebab di tempat yang sama.
“Aduh...”
“Ck!”
Jihan meringis kesakitan, ada satu luka di kaki kanannya dan dia baru menyadari hal itu. Dengan terpaksa Jeck kembali ke tempat itu, di lihatnya gadis itu masih mengeluh seraya mengusap lukanya. Jeck menghela nafas pelan, sebelum akhirnya pergi dari tempat itu dengan langkah tergesa.
###
“Ibu tidak pernah menganggap Nada bukan anak ibu, Nada satu-satunya orang yang ibu punya dan ibu nggak sanggup untuk mengatakan semua kebenaran ini..”
“Maaf ibu, apa saya boleh tau dimana orangtua kandung Nada?”
“Ibu juga tidak tau, waktu umur Nada masih sekitar empat tahun ibunya pergi ke luar negeri untuk kerja dan dia nitipin Nada sama ibu. Beberapa tahun kami saling kehilangan kabar, karena keperluan mendesak kami harus pindah dari tempat tinggal kami yang lama. Setelah itu ibu juga nggak tau kabar beritanya, entah masih hidup ataupun sudah meninggal”
“Kalo ayahnya..?”
“Ayahnya sudah meninggal, tidak lama setelah dia lahir”
“Astagfirullah..” Kahfi menghela nafas berat, kisah pilu itu terasa menusuk di hatinya, selain penyakit ternyata Nada juga harus melawan sakitnya kenyataan yang pahit.
“Maaf kalo ibu harus menceritakan semuanya, sebagai calon suami ibu rasa kamu berhak tau..”
“Saya justru berterimakasih sama ibu, tapi apapun itu.. nggak akan merubah niat saya, saya akan tetap melamar Nada bu..”
“Iya, ibu merestui kalian”
“Terimakasih bu..” Kahfi menyalami perempuan setengah baya itu dengan santun mungkin memang sudah jalan takdir mempertemukan keduanya yang memiliki nasib hampir serupa.
###
“Nih..”
“Waaaaaaa!!” Jihan menjerit keras, terlalu terkejut dengan keberadaan Jeck yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Ngagetin aja sih!”
“Obatin luka lu” ujar Jeck datar dengan mengulurkan beberapa lembar daun yang sudah di memarkan, dia bahkan sama sekali tidak menanggapi keterkejutan Jihan.
“Gimana caranya?”
“Lu kunyah terus telen!”
“Hah?”
“Bego banget sih, tempelin ke luka elu!” degus Jeck dengan nada kesal, sementara Jihan juga kesal mendengar makian itu. Dengan perlahan Jihan meletakkan daun itu pada lukanya, sesekali gadis itu meringis kesakitan karena efek dari daun itu ternyata sangat perih begitu menyatu pada lukanya.
“Aduh..”