Dalam Naungan Cinta

Nova
Chapter #17

Fatamorgana

Bagian 17

{Fatamorgana}

 

“Morning baby! Breakfast yuk!!!”

“Hay Zayn, pagi banget kamu, aku belum mandi tau..” ujar Jihan pelan, gadis itu menguap beberapa kali menandakan jika dirinya masih mengantuk.

“Hari ini aku ada pemotretan pagi, kamu mau aku anter pulang?”

“Pulang?”

“Kalo kamu masih mau disini juga nggak papa, kalo kamu bosen di bawah ada caffe atau kamu bisa pesen taxi online buat jalan-jalan. Ntar kalo kerjaan aku udah kelar, aku langsung kesini..”

“Ya udah kamu hati-hati ya, semangat kerjanya”

“Thank you sayang.. bye..”

“Bye”

Jihan masih melambaikan tangannya meski tubuh Zayn sudah tidak terlihat lagi, gadis itu menutup kembali pintu kamarnya kemudian berfikir sejenak tapi dia tidak beranjak, gadis itu menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuk di atas ranjang kamar hotel itu kemudian kembali terlelap.

Sementara itu di waktu yang sama, suasana pagi itu sedikit berbeda meski cuaca terlihat cerah namun mendung menyelimuti hati beberapa orang di pagi itu. Putri semata wayang sang kiai tidak pulang sejak semalam, semua menjadi gusar terlebih tidak ada kabar apapun dan tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui dimana keberadaannya saat ini.

“Umi, lebih baik umi istirahat. Dari semalem umi kan belum tidur”

“Nggak bisa abah”

“Umi yang tenang, udah banyak yang bantu cari, Insya Allah Jihan akan cepet pulang umi”

“Tapi gimana kalo putri kita.. gimana kalo dia.. gimana kalo terjadi hal yang buruk..”

“Umi, husnuzhon aja. Jangan berfikiran jelek, kita doakan aja dan Insya Allah semuanya akan baik-baik aja”

“Amin..”

“Amin ya rabbal alamin”

###

“Astagfirullah..”

Kahfi menggelengkan kepalanya beberapa kali saat mendapati kamar itu sudah kosong dan jendela kamar itu terbuka lebar, laki-laki itu sudah pergi tanpa berpamitan ataupun mengucapkan terimakasih tapi bukan itu yang di fikirkan oleh Kahfi. Ada yang aneh dengan laki-laki itu, dia misterius sepertinya dia tidak ingin ada satu orangpun yang tau tentang identitasnya.

Tok! Tok!!

“Assalamualaikum, mas Kahfi sarapan dulu”

“Waalaikumsalam. Iya, sebentar” sahut Kahfi, masih dengan melihat detail ke arah jendela itu berharap menemukan petunjuk disana tapi dia tidak menemukan apapun, laki-laki itu pergi tanpa meninggalkan bekas keberadaannya di tempat itu.

Luar biasa!

Drrt.. drrtt.. drrtt..

“Hallo, Assalamualaikum..”

“Waalaikumsalam, mas Kahfi”

“Iya, kenapa Ham? Tumben telfon?”

“Kabarnya mas Kahfi semalem habis lamaran ya? Selamat ya mas, mudah-mudahan lancar semua, di mudahkan segala urusan, doa terbaik buat mas..”

“Amin, amin ya rabbal alamin. Terimakasih ya Ham, doa terbaik buat kamu juga..”

“Amin mas, terimakasih”

“Sama-sama ya, oh ya gimana kabar pesantren?”

“Em..” suara di ujung telfon itu terdengar ragu untuk meneruskan ucapannya, sementara Kahfi mengerutkan keningnya dengan rasa penasaran.

“Ada apa Ham?”

“Ada kabar nggak enak di pesantren mas..”

“Kabar nggak enak? Kabar apa Ham?”

“Mbak Jihan mas..”

“Mbak Jihan? Mbak Jihan kenapa Ham?”

“Mbak Jihan, dia.. dia hilang mas..”

“Hilang? Hilang gimana sih maksud kamu, jelasin yang detail!” suara Kahfi terdengar meninggi, kabar itu cukup mengejutkan untuknya dan ini pasti ada kaitannya dengan umi dan abah yang tiba-tiba saja panik semalam.

“Jadi kemarin sore itu ada pengajian mas, mbak Jihan ikut tapi pake taxi karena bus rombongan pesantren udah penuh..”

“Terus?”

“Mbak Jihan nggak ada di pengajian itu mas, sampek rombongan pulang sampek malem dan sampek sekarang mbak Jihan belum juga pulang, nomer hapenya nggak bisa di hubungin dan nggak ada yang tau dia sekarang dimana mas..”

“Astagfirullah hal azim..”

Kahfi menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, dia memijat kepalanya pelan. Belum usai deretan keanehan yang terjadi sejak semalam dan sekarang kejadian aneh juga sedang menimpa perempuan yang sudah dia anggap layaknya seorang adik.

“Terus gimana sekarang?”

“Abah udah kirim orang buat nyari, kalo mas ketemu bilangin mbak Jihan suruh pulang ya mas, kasian abah sama umi, mereka khawatir banget”

“Iya, Insya Allah nanti aku bantu cari”

“Terimakasih mas, kalo gitu aku tutup dulu ya mas telfon nya”

“Iya Ham, Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

“Astagfirullah, ya Allah Jihan..” Kahfi menahan tangisnya, biar bagaimanapun juga Jihan tetaplah menjadi satu bagian dari hidupnya yang menjadi tangung jawabnya, terlebih dia tau persis sedikit banyak berita lamaran itu cukup berpengaruh dengan kepergian gadis itu.

Belum hilang rasa paniknya akibat perginya laki-laki itu, di tambah dengan kabar yang cukup mengejutkan dan hal itu membuat Kahfi di landa rasa bersalah. Abah menitipkan pemuda itu padanya semalam, seharusnya dia bisa menjaga amanah itu dan seharusnya dia tidak menyakiti perempuan sebaik Jihan.

###

“Bos…”

“Lu masih hidup, ya ampun bos..” ujar Monti dengan antusias menyambut kedatangan Jeck yang datang dengan langkah tertatih, Monti segera membantu. Keduanya masuk ke dalam ruangan yang masih berantakan itu.

“Bos, siapa pelakunya?”

“Kemana bos semalem? Di sekap dimana?”

“Bacot lu!” degus Jeck dengan kesal, kakinya masih terasa sedikit nyeri tapi kondisinya sudah jauh kebih baik. Jeck segera membereskan beberapa barang-barangnya, tanpa menjawab pertanyaan Monti.

“Lu mau kemana bos?”

“Beresin barang-barang lu, tempat ini udah nggak aman”

“Bos tapi nggak lupa kan kalo ada job semalem?”

Lihat selengkapnya