Bagian 18
{Fatamorgana II}
“Umi, jangan seperti ini umi”
“Umi harus gimana? Umi nggak tau lagi, sampek sekarang belum ada kabar apapun dari Jihan..” ratap sosok yang di panggil ‘umi’ itu, sementara suaminya menarik nafas berat sudah kehabisan kata untuk menenangkan istrinya itu.
“Jihan pasti baik-baik aja, putri kita anak yang kuat”
“Umi juga yakin bah, tapi sekarang umi nggak bisa yakin lagi..”
“Umi..”
“Istigfar umi.. istigfar..”
“Astagfirullah hal azim… astagfirullah ya Allah..” ucapan itu bersamaan dengan jatuhnya tetesan airmata umi yang kembali mengalir tanpa henti, hati keduanya terus saja berdzikir dan memohon keselamatan untuk putri mereka.
Do’a yang sama juga tercurah dari seorang gadis di saat yang nyaris bersamaan, do’a itu terdengar sangat tulus tanpa ada rasa pamrih, tanpa ada rasa iri, hanya rasa bersalah yang membuat dadanya terasa sesak.
“Maafkanlah kesalahan kami, jika memang hal itu yang membuat dia pergi. Ya Allah, sesungguhnya hanya kepada-Mu lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu lah aku memohon pertolongan. Tolong berikan keselamatan untuk Jihan dimanapun dia berada saat ini, jangan biarkan hal buruk menimpanya..”
Airmata mulai mengalir deras pada kedua pipi Nada, gadis itu menutup doa nya kemudian bersujud lama dengan mengucap dua kalimat syahadat, hatinya sedikit tenang setelah sujud panjangnya malam itu meski belum ada kabar apapun yang dia terima sampai detik ini.
###
Teriakan salah satu pengunjung itu membuyarkan konsentrasi Jeck, dia hanya menoleh sejenak tapi gadis itu sudah meneguk minumannya hingga tak tersisa setetes pun. Tidak hanya Jeck, Zayn juga terkejut melihat aksi gadis itu.
“Haus ya? Mau aku pesenin minum lagi?”
“Boleh”
“Bentar ya..” ujar Zayn sambil kembali beranjak, sementara dia belum sempat meminum pesanannya. Jeck menatap nanar ke arah gadis itu, berguman dengan kesal memaki kebodohan gadis itu sambil terus memantau kondisi gadis itu karena dia juga tidak tau persis obat apa yang sudah di campurkan pada minuman gadis itu.
Beberap menit berlalu, belum ada reaksi apapun. Gadis itu masih terlihat normal, tapi di menit berikutnya gadis itu mulai menunjukkan sikap aneh seperti tidak nyaman dengan dirinya sendiri, beberapa kali gadis itu mengganti posisi duduknya.
“Ini minum lagi, masih haus kan?”
“Hmm..”
“Kamu kenapa?”
“Aku… aku..”
“Sakit? Kamu demam, iya?” Zayn memeriksa kening gadis itu dengan wajah panik, sementara gadis itu mengigit bibir bawahnya dengan menatap Zayn penuh arti.
“Aku..”
Gadis itu mulai menunjukkan gelagat aneh, beberapa kali menyentuh tubuh Zayn dengan agresif hingga laki-laki itu terpaksa menghentikan aksinya karena mereka sedang berada di tempat umum.
“Aku pengen..”
“Maksud kamu?”
“Sekarang..”
“Kamu nggak enak badan, ya udah aku anter kamu ke kamar ya?”
“Aku mau kamu..” bisik gadis itu di telingga Zayn, terdengar begitu sensual hingga memaksa laki-laki itu untuk menyembunyikan senyum liciknya, sayangnya senyum itu di lihat dengan jelas oleh Jeck.
“Brengseekk!!!” makinya pelan, keduanya berlalu. Jeck tidak bisa langsung mengikuti langkah keduanya, karena itu bisa saja menimbulkan kecurigaan oleh keduanya, petugas hotel ataupun pengunjung yang lain, dengan terpaksa Jeck menunggu hingga keduanya sudah tidak terlihat lagi.
###
BUG!!!
“Lu masih nggak mau ngaku?”
“Gue.. gue berani sumpah, kita.. kita di jebak..” suara Ringgo terdengar semakin lirih, sekujur tubuhnya kini telah di penuhi oleh luka, tanpa belas kasihan dua orang itu terus menyiksanya membuatnya mati secara perlahan.
“Buruan lu ngaku! Dimana Jeck sekarang!”
“Gue.. gue nggak tau..”
Brug
Tubuh Ringgo jatuh di lantai yang penuh dengan bercak darah itu, laki-laki malang itu sudah tidak lagi sadarkan diri tapi tidak ada yang perduli dengan hal itu, salah seorang diantara mereka mengambil seember air lalu menyiramkan pada tubuh Ringgo dengan kasar.
“Bangun lu bangsat!”
###
Drrrtt.. drrtt.. drrtt..
“Ck!”
“Halo bos, gimana sukses?”
“Lu ambil alih, gue ada kerjaan”
“Tapi...”
“Beresin, kalo lu masih mau kerja sama gue” putus Jeck dengan memutus sambungan telfon itu, Monti masih memanggilnya meski tau jika sambungan ponsel itu sudah tidak lagi tersambung.
Jeck kehilangan jejek keduanya, dia terus mengutuk dirinya sendiri. Dia menempelkan telingga pada tiap kamar, hal itu menaruh kecurigaan salah satu pegawai hotel yang melihat aksinya.
“Lagi ngapain ya mas?”