Beberapa orang berhasil menyelamatkan diri keluar dari bus, termasuk Ananta dan Reva.
Mereka berlari sejauh mungkin dari bus itu. Ananta dan Reva berhenti pada sebuah pohon yang berjarak 100 meter dari posisi bus.
Tanpa mereka sadari saat berlari menjauh, bus itu melaju perlahan dengan mulus melewati rel kereta api. Nihil ledakan, tabrakan atau goresan pada bus itu.
Jalanan yang semula padat, perlahan merenggang jarak antar kendaraan dan bergerak mengikuti arus.
Bagus! mereka berhasil ditipu oleh suara tak dikenal. Suara itu memanfaatkan kondisi bus yang berada di tengah rel kereta api. Empat anak muda yang semula lebih dulu turun dari bus berusaha mengejar dan menghentikan laju bus itu.
Begitu pula laki-laki yang semula ikut turun. Laki-laki yang berhasil keluar bus setelah Reit ia berhasil mengejar dan naik kembali ke bus itu.
Ananta tak mau ketinggalan, Reva pun ikut dibelakangnnya. Namun sayang, tak berhasil. Bus itu melaju terlalu cepat dibandingkan kaki mereka yang lemah.
Empat pemuda itu masih berlari. Gagal mengejar bus, kini mereka mengejar truk pengangkut barang yang ada di belakang bus. Ananta tak sanggup lagi berlari, ia berhenti. Reva menyusul, kemudian berhenti melihat kawannya yang tertunduk mengantur napas.
Tinggal mereka berdua, tak ada lagi. Hanya raga dan ponsel di saku mereka. Ananta dan Reva mengatur napas, bersandar pada sebuah pohon di pinggir jalan.