Semakin mereka mendekat mulai terlihat sosok lelaki kurus, berpakaian serba hitam dengan sarung kotak-kotak melingkar di tubuhnya.
“Permisi pak,” sapa Ananta
Lelaki itu menoleh. Kumis yang didominasi warna putih itu terlihat diwajahnya.
“Minta air mineral satu ya” lanjut Ananta.
Lelaki itu mengambil sebotol air mineral dan memberikanya pada Ananta.
“Pak, bisa pinjam charger hp?” tanya Ananta.
Lelaki tua itu masuk kedalam warungnya lagi tanpa kata. Reva merasa ada yang aneh dengan lelaki itu, ia menyenggol lengan Ananta.
“Heh emang lo punya duit? Pake beli minum segala” kata Reva setengah berbisik.
“Ya enggak lah” jawab Ananta cepat.
“Gila lo ya! Kalo kita digebukin gara-gara nggak bayar gimana?” kata Reva menggerutu.
“Kita pergri aja yuk!” ajak Reva
“Heh gue lagi usaha mau pinjem charger hp ke bapak itu tadi, supaya bisa telpon orang dan minta tolong. Lagian kalo kita kabur yang ada kita diteriakin maling.” balas Ananta.
“Tapi lo enggak ngerasa aneh apa? Tu bapak-bapak dari tadi enggak…” belum selesai kalimat Reva, ia menyenggol lengan Ananta.
“Eheeeem” laki-laki itu mendekat dan mendeham.
Ananta menoleh. Lelaki itu memberikan sesuatu yang terbungkus kantong kresek hitam. Ananta membukanya, isi kantong itu adalah charger ponsel. Lelaki tua itu kemudian menunjuk letak stopkontak tanpa bicara.
“Oh iya pak, terimakasih” Ananta menerima barang itu dan kemudian menoleh ke arah yang ditunjukkan. Ia segera menuju letak stopkontak itu.
Reva sempat terpaku saat lelaki itu memberikan charger pada Ananta sampai lelaki tua itu berjalan masuk ke bagian dalam warungnya.
Belum sampai ia melewati gorden pembatas antara luar dan dalam warung, lelaki itu menoleh ke arah Reva yang masih membatu memandangnya. Mereka beradu pandang sesaat. Reva terperanjat, ia segera mengikuti kemana perginya Ananta.
“Aduh charger nya enggak cocok nih sama HP gue” keluh Ananta.