Awal perjumpaan Wahib dengannya (KAMMI). Benih-benih itu mulai tumbuh, dan benih-benih itulah yang mungkin membuat Wahib terpaut. Benih adalah pengharapan untuk tumbuh. Benih adalah awal bagi sebuah cita-cita. Maka, benih itu harus dipupuk.
Wahib mengenalnya (KAMMI) melalui salah seorang seniornya di kampus, Umar, namanya. Pria berbadan agak gemuk dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Dia adalah salah satu mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi. Senang berbagi pengalaman, dan gaya bicaranya yang terlihat cukup elegan. Dia mengajak Wahib untuk ikut dalam salah satu pelatihan organisasi ekstra kampus. Pelatihan itu namanya Daurah Marhalah I. Ternyata Umar adalah salah satu Pengurus Komisariat KAMMI Unkhair. “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalanya, semakin semangat dalam merealisasikannya dan siap untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Itu semua tidak terdapat, selain pada diri pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan pada setiap kebangkitan, dan pembawa bendera setiap fikrah”, Umar menerangkan kepada Wahib sebagaimana kata Imam Hasan Al-Banna.
“Berorganisasi tidak hanya terkait dengan fitrah sosial kita, tapi terutama terkait kebutuhan kita untuk menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Kita menyadari dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan kita itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain. Jadi, kebutuhan setiap individu perlu berorganisasi bukan saja lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitasnya tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal pada level yang setara dengan tantangan zamannya”, Umar mencoba menyakinkan Wahib. Dan akhirnya Wahib mulai tertarik untuk terlibat dalam organisasi. Dan Daurah Marhalah I adalah benih awalnya.
Materi-materi yang disampaikan diantaranya; Syahadatain Sebagai Titik Tolak Perubahan, Kesempurnaan Islam, Problematika Umat Kontemporer, Sejarah dan Filosofi Gerakan KAMMI, serta Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial. Materi yang disampaikan sangat inspiratif.
Disisi lain Wahib cukup tertarik untuk bergabung dan mungkin juga menjadi anggota KAMMI. Selain keinginan belajar berorganisasi, Wahib juga berharap bisa belajar lebih mendalam tentang agamanya sendiri, agama Islam, seorang muslim. Begitu juga dengan pemahaman organisasinya yang masih sedikit. KAMMI, rasanya sangat tepat sebagai wadah untuk Wahib melengkapi semua ini, tepat untuknya untuk memenuhi semua ini.
Dimana visi KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami. Pemimpin dalam arti yang luas dan memiliki kedudukan yang urgen dalam hal manapun begitulah yang bisa Wahib tangkap atas kata yang sering disampaikan Ketua Umum KAMMI Daerah Ternate, Akh Hamka, pada saat mengisi materi tentang keKAMMIan di Daurah Marhalah I.
KAMMI sendiri adalah sebuah organisasi mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi yaitu tepatnya tanggal 29 Maret 1998 di Malang. KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional tahun 1998 yang melanda Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pimpinan aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia yang saat itu berkumpul di UMM-Malang.
KAMMI berkiprah di Maluku Utara pada tahun 2001 dengan status Komisariat Maluku Utara. Di tahun 2003, Status komisariat berubah menjadi Daerah (KAMMI Daerah Malut). Seiring dengan perkembangan, diantaranya KAMMI Daerah Halsel, KAMMI Daerah Kepulauan Sula dan KAMMI Daerah Kota Ternate, maka KAMMI Daerah Malut meluas menjadi KAMMI Wilayah Malut. KAMMI Daerah Ternate lahir tanggal 8 Agustus 2010. Inilah penjelasan sejarah KAMMI di Ternate saat di materi DM I.
#
Setelah beberapa bulan gabung dengan KAMMI. Wahib masuk sebagai Pengurus Komisariat KAMMI Unkhair. Wahib ditugaskan sebagai anggota dalam Departemen Kebijakan Publik. Malam itu Wahib ikut rapat untuk rencana kegiatan DM I KAMMI. Malam itu dirinya diberikan kesempatan belajar untuk menjadi Ketua Panitia DM I. Awalnya sebenarnya kesempatan ini berikan kepada Sunarto temannya sesama dari PK KAMMI Khairun tapi karena berhubung dia akan mewakili kegiatan kemahasiswaan di luar daerah dan bertepatan dengan rencana DM I jadi kesempatan itu diberikan kepada Wahib. Ini juga tak lepas dari saran Akhi Roman yang menyarankan agar ketua panitia kegiatan ini diberikan kepada anggota baru. Akhi Roman adalah Ketua Komisariat KAMMI STAIN Ternate. Kami rencana melakukan Daurah Marhalah I gabungan berbagai komisariat.
Setelah beberapa persiapan yang terpenuhi secara mendadak. Kegiatan DM I yang direncanakan tanggal 17-18 September dilaksanakan. Saat itu Wahib sempat terlambat hadir karena masih ada perkuliahan di kampus. Kegiatan ini cukup mendadak melihat kepanitian yang dibentuk menjelang beberapa hari dari kegiatan yang dilaksanakan.
Yang paling miris adalah saat kegiatan ini terlaksana ternyata peserta yang hadir juga cukup sedikit. Cukup mengecewakan bagi Wahib. Tapi menangkap beberapa ungkapan kata-kata Kak Fauzan selaku Ketua Kaderisasi KAMMI Daerah Ternate, “Bahwa beginilah jalan dakwah penuh hambatan, kita tidak perlu kecewa yang terpenting kita tetap berada di jalan dakwah ini”.
Setelah kegiatan yang berlangsung 2 hari 1 malam dengan berbagai materi-materi. Diantaranya ada materi yang sangat memberi motivasi, materi yang dibawakan Kak Rasnal. Tapi saat itu materi yang disampaikan Wahib agak lupa judulnya tapi yang pasti diingatnya tentang sukses mahasiswa selama kuliah dan tentang mentoring. Sangat memotivasi, rasanya Wahib benar-benar ingin bisa lebih menjadi mahasiswa yang sukses di berbagai lini.
Setelah kegiatan ini yang selesai hampir menjelang magrib, kita melakukan rapat evaluasi. Diluar dugaan ternyata rapat evaluasinya, dramatis. Setelah sepatah kata dari moderator selaku Sekretaris Panitia kegiatan DM I ini, Ukhti Jaya dan seumpit kata dari Wahib, kemudian Wahib serahkan kepada forum dan ternyata banyak kata-kata yang terendap di pikiran dan hati forum yang terselubung dan berhasil keluar melalui untaian kalimat yang tercerahkan melalui ungkapan suara.
Yang Wahib ingat yang menjadikan rapat evaluasi ini dramatis ungkapan dari akhi Jamal, selaku Ketua Komisariat KAMMI Unkhair Ternate sambil membanting batu yang ada di depannya. Wahib memang kurang mengerti apa yang menjadi dalang permasalahan ini awalnya karena ia masih benar-benar baru di KAMMI.
Tapi yang Wahib tangkap dan yang ia rasa adalah masalah kurang komunikasi, disisi lain selaku ketua panitia kegiatan ini, ia rasa ia belum terlalu baik dalam melakoni kegiatan ini sehingga kegiatan ini berjalan kurang efektif. Mulai dari segi tempat pelaksana yang cukup bermasalah hingga peserta yang benar-benar minim. Terlebihnya mungkin karena waktu yang sangat mendadak untuk melakukan kegiatan ini. Disisi lain bila kita menilai keefektifan, maka sudah selayaknya kita artikan secara luas, karena keefektifan yang kita lihat alangkah baiknya bukanlah dari segi kuantitas tapi dari segi kualitas. Sesungguhnya bila kita lihat dari segi kualitas yang akan kita harapkan adalah niat tulus peserta untuk gabung dengan KAMMI bukan banyak peserta yang hadir. Disisi lain bila komunikasi yang menjadi landasan ketidakefektifan kegiatan ini, alangkah baiknya kita berusaha menutupinya seperti bocoran yang terjadi di tempat penampungan air bila kita tidak mencari celah atau dimana tempat terjadinya bocor maka air yang ada didalamnya akan semakin lama semakin sedikit. Bila komunikasi menjadi ketidakefektifan kegiatan ini maka kita perkuatlah komunikasi agar kesatuan dan rasa persaudaraan dan loyalitas kita semakin kokoh. Bukan masalah adalah sebuah batu loncatan menuju sesuatu hal yang lebih baik?
Malam itu juga hal yang paling luar biasa yang Wahib rasakan adalah perdebatan yang penuh hikmah terjadi tanpa ada amarah yang berlebihan tapi ungkapan amarah yang butuh solusi sesama saudara.
#
Pagi itu setelah semalam latihan taekwondo di kampus. Pagi itu cukup melelahkan, badan-badan cukup terasa sedikit sakit. Pagi itu setelah ia melihat di luar matahari telah setia melakukan tugasnya, setia menyinari bumi. Wahib bangun dan duduk sambil menonton televisi. Ia teringat hari ini telah janjian untuk kajian pertama dengan pembina mentoringnya, Kak Fauzan. Ia bergegas bangun dan menyempatkan diri untuk membaca sms di hp-nya. Ternyata ada dua pesan yang masuk, salah satunya dari Kak Fauzan.
Wahib bergegas ke kamar mandi, siap-siap dan berangkat ke kampusnya, Unkhair. Setiba di sana, ia bertemu Kak Fauzan, Wawan dan Yusuf yang telah sampai duluan. Ia juga ikut menunggu beberapa teman yang lain. Kak Fauzan pergi sebentar untuk melihat teman-teman lain yang ada di STAIN.