Dalam Sebuah Pencarian

M. Sadli Umasangaji
Chapter #3

Hari-Hari dan Diskusi

Sudah menjadi hal yang biasa ketika keaktifan Wahib di KAMMI untuk terlibat dalam berbagai diskusi. Misalnya dalam agenda KAMMI saja, agenda Departemen Kebijakan Publik, Diskusi KAMMI Kota Ternate, kita berdiskusi tentang “Sosialisme dalam Islam”, “Perbandingan Ideologi Dunia”, “Memahami Potensi Indonesia (Geopolitik, Geoekonomi, Geokultur, Demografi)”. Berbicara politik, pendidikan, peradaban islam, ekonomi, ideologi, dan lainnya. Hingga bahkan menghadiri dialog oleh OKP lain atau organisasi internal kampus, seperti Dialog Hari Bumi, Dialog Hari Kartini dengan tema “Representasi dan Peran Perempuan dalam Menentukan Masa Depan Bangsa”, bahkan terakhir Wahib menghadiri Dialog Hari Buruh.

Menjadi hal yang menarik baginya, sama halnya mungkin dengan karakter akhi Wawan yang senang dengan berbagai hal, bahkan selalu berdiskusi banyak hal. Maka akh Wawan juga sering hadir dalam dialog.

Wahib dan Wawan memang senang menghadiri agenda-agenda ini walaupun terkadang juga bengong karena diskusinya terkadang sulit dicerna oleh otak mereka. Tapi menghadiri dialog adalah hal yang menarik bagi mereka. Dialog apa saja. Disatu sisi Wahib senang berlalang buana dalam dialog-dialog ini. Mungkin mereka berasumsi pada “Kita harus mendengarkan perkembangan-perkembangan ide-ide kemanusiaan dengan spektrum seluas mungkin, kemudian memilih mana yang menurut ukuran-ukuran objektif, mengandung kebenaran”.

Dialog kali ini yang Wahib dan Wawan hadiri adalah dialog Hari Pendidikan yang diselenggarakan oleh HMI Komisariat FKIP Unkhair Ternate dengan tema “Reorientasi Sistem Pendidikan Nasional”. Pembicaranya adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) dan Kadis Pendidikan Kota Ternate.

Pembicara pertama adalah Bapak Kasman Hi Ahmad, Rektor UMMU. Beliau mengatakan dialog ini merupakan tema yang secara teks sudah banyak yang dibicarakan akan tetapi secara substansial masih sedikit yang gelorakan. Founding father kita mengkonsepkan pendidikan itu melahirkan pemimpin besar. Pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita garis bawahi kata cerdas. Sebagai cerdas secara rohani.

Beliau juga menguraikan pendidikan didesain dengan tiga hal; kognitif, afektif, dan psikomotor. Para Founding Father kita mengkonsepkan pendidikan itu sebagai pandangan yang jauh ke depan. Pendidikan itu menghasilkan ideolog. Reformasi pendidikan terbagi atas reformulasi pendidikan dan reorientasi pendidikan. Reformulasi pendidikan mengenai aturan dan strategi. Pembentukannya sekarang kembali ke otonomi daerah. Reformulasi pendidikan berbentuk manajemen basis sekolah (MBS) dan manajemen basis lingkungan (MBL).

Reorientasi pendidikan. Orientasi kita sudah jelas akan tetapi terlalu sering kurikulum itu diganti-ganti sehingga akhirnya tidak jelas. Untuk belajar pendidikan, kita perlu belajar dari negara-negara yang memuliakan pendidikan. Negara Amerika memuliakan pendidikan hingga menghasilkan Apollo (roket) membandingkan dengan Rusia dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang memuliakan pendidikan dilihat dari pidato ketika peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki, yang ditanya berapa guru yang tersisa. China juga memuliakan pendidikan hingga menghasilkan teknologi. Malaysia memuliakan pendidikan dengan visi 2020.

Sebut saja honor seorang Jupe atau Inul Darasista, yang diberikan pemerintah daerah, itu lebih besar dari honor seorang guru yang mengabdi selama kurang lebih 30 tahun.

Kadis Pendidikan Kota Ternate sebagai pembicara kedua, mengungkapkan secara konsep sudah terkonsep secara Nasional tapi yang menjadi kesalahannya adalah human error-nya.

Indonesia yang terdiri dari pulaunya 1715 pulau. Dari sejak menteri pendidikan Malik, hingga sekarang pendidikan selalu punya masalah. Alhamdulillah, Malut untuk UN kali ini tidak terlalu bermasalah.

Beliau juga menguraikan terkadang orang salah kaprah terkait istilah “belakang gunung” yang sebenarnya secara geografis tidak ada. Istilah “belakang gunung” lebih diartikan sebagai ketertinggalan suatu daerah. Dan menurut beliau kampus yang ada di Kota Ternate umumnya berada dalam daerah yang diistilahkan “belakang gunung”. Seharusnya ada peran perguruan tinggi disitu sebagai pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Beliau kembali mengatakan sistem pendidikan di Indonesia dari 2004 hingga 2009 masih memakai sistem pendidikan Jepang yang ternyata sekarang sudah tidak dipakai. Dimana di Jepang sekarang lebih diperhatikan sertifikasinya.

Kelulusan itu itu tergantung 60% untuk pusat dan 40% untuk daerah. Pendidikan perlu dipersiapkan dengan berbagai kompetensi.

 Setelah itu berlanjut pada sesi diskusi. Ada tiga penanya. Dalam hal ini Rektor UMMU menjawab, dalam Islam jelas ayat yang turun pertama adalah iqra, menggambarkan pendidikan. Allah sebagai guru (melalui malaikat Jibril) dan muridnya adalah Nabi Muhammad SAW.

Dalam diskusi ditawarkan rekomendasi. Pertama, perlu adanya perda yang mengatur jam belajar. Kedua, perlu adanya submit pendidikan keluarga. Ketiga, perlu adanya perhatian keluarga putus sekolah. Keempat, perlu adanya tambahan pendidikan afektif. Kelima, memantapkan struktur informasi di birokrasi terkait. Keenam, menyediakan perpustakaan daerah secara maksimal.

Di akhir diskusi, Kadis Pendidikan Kota Ternate juga menawarkan ada anggaran untuk pendidikan luar sekolah, pembinaan anak putus sekolah. Ditawarkan untuk lembaga semi otonom yang dibuat oleh organisasi kepemudaan.

 

#

Diskusi KAMMI Ternate (DKT) merupakan salah satu program kerja yang dicanangkan oleh Departemen Kebijakan Publik. Dan hari itu mulai dicetus. Dimulai dengan diskusi yang dibawakan oleh Akhi Wawan. Materi Diskusinya adalah Sosialisme Dalam Pandangan Islam.

Sosialisme merupakan suatu paham yang mana didalamnya bertujuan untuk memperjuangkan ketidakadilan yang dilakukan oleh kaum mustakbhirin terhadap kaum mustadafhin.

Sosialisme Islam merupakan doktrin Muhammad yang melawan segala bentuk dominasi ekonomi, pemusatan dan monopoli harta. Dalam kaitan ini sesungguhnya misi utama Muhammad adalah dalam rangka membebaskan masyarakat dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan sosial masyarakat dari awal manusia sampai sekarang bergerak dan embang melalui lima tahapan pokok. Diawali sistem masyarakat komunal primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme menuju ummat yang tauhid.

Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa perlawanan terhadap Muhammad oleh kaum kapitalis Mekkah, sebenarnya lebih karena ketakutan terhadap doktrin egalitarian yang dibawakan oleh Muhammad. Watak dari teologi pembebasan untuk kaum tertindas ini. Merekalah yang pertama-tama dalam sejarah Islam mengembangkan doktrin demokrasi dan sosialisme agama.

Ajaran-ajaran sosialisme dari Nabi Muhammad SAW tentu berdasarkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran. Al-Quran cukup jelas mengutuk orang-orang yang menumpuk-numpuk harta, hendak menjadikan kaum tertindas dan miskin (mustadhafin) menjadikan pemimpin di bumi dan mewarisi bumi, guna menuju ummat yang satu (tauhidi).

Paham sosialisme Islam menentang sistem kapitalisme cukup gamblang diwakili oleh Surat Al-Humazah ayat 1-4. Dimana dikatakan: Celakalah, azablah untuk tiap-tiap orang pengumpat dan pencela. Yang menumpuk-numpuk harta benda dan menghitung-hitungnya. Ia mengira, bahwa hartanya itu akan mengekalkannya (buat hidup di dunia). Tidak, sekali-kali tidak, sesungguhnya dia akan ditempatkan ke dalam neraka (hutamah). Menjadi pertanyaan: dari mana mereka peroleh harta yang mereka tumpuk-tumpuk tersebut? Tentu tidak hanya dari hasil keringatnya sendiri, melainkan juga dari hasil keringat orang lain, dengan melalui berbagai cara yang tidak halal. Padahal surat Al-Baqarah ayat 188 dengan tegas mengatakan: "Janganlah sebagian kamu memakan harta orang lain dengan yang batil (tiada hak) dan (jangan) kamu bawa kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang dengan berdosa, sedang kamu mengetahuinya".

Juga cukup jelas surat Al-An'am ayat 145 mengatakan haram memakan darah yang mengalir. Haram memakan darah yang mengalir itu bukan hanya secara harfiah, misalnya melukai sebagian kulit seseorang kemudian dihirup darahnya yang mengalir di tempat yang dilukai tersebut, tetapi yang lebih mendalam ialah menghisap atau memeras tenaga kerja orang lain untuk keuntungan dirinya. Seperti yang dilakukan kaum kapitalis terhadap kaum buruhnya. Kaum buruhnya tidak akan bisa diperas atau dihisapnya, sekiranya darahnya tidak mengalir lagi dalam tubuhnya. Jadi, menghisap tenaga kerja kaum buruh, adalah sama dengan memakan darah yang mengalir dalam tubuh kaum buruh tersebut.

Bahwa agama Islam itu adalah agama pembebasan bagi kaum tertindas dan miskin, jelas sekali dikemukakan surat Al Qashash ayat 5 dan 6 yang berbunyi: "Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas (mustadhafin atau dhuafa) di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi. Dan kami tegakkan kedudukan mereka di bumi." Pertarungan antara mustadhafin dan mustakbirin itu akan terus berlangsung, hingga Din Allah yang berbasis pada tauhid menyatakan semua rakyat (tanpa perbedaan lagi antara mustadhafin dan mustakbirin, orang-orang yang menindas dan orang-orang yang tertindas, kaya dan miskin) sehingga menjadi suatu masyarakat "tanpa kelas". Dari perspektif ini jelaslah bahwa Al Quran menghadirkan suatu teologi pembebas dan dengan demikian membuat teologi yang sebelumnya mengabdi kepada kelompok penguasa yang eksploitatif menjadi teologi pembebasan.

Lihat selengkapnya