Kalau ditelisik dari proses pengkaderan dan indeks jati diri kader, maka bisa dipastikan bagi Wahib dirinya tak bakal layak mengikuti Daurah Marhalah II. Dan itu pula yang terbenam dalam pikirannya. Ya, Wahib merasa dirinya belum layak ikut Daurah Marhalah II. Ia baru setahun bergabung di KAMMI. Bahkan kalau dilihat ia baru beberapa bulan dianggap aktif di KAMMI. Mentoringnya pun masih belum terlalu jauh materinya. Apalagi alasannya kalau bukan karena keterlibatannya sebagai Pengurus Daerah maka ia diharuskan ikut Daurah Marhalah II. Ya, keterlibatannya di Pengurus Daerahlah yang membuatnya harus ikut jenjang pengkaderan selanjutnya. Kalaupun ia masih terlibat di komisariat maka kemungkinan dan pastinya belum layak ikut Daurah Marhalah II.
Rencananya Wahib dan beberapa kader Pengurus Daerah serta beberapa kader Pengurus Komisariat akan diikutkan dalam Daurah Marhalah II KAMMI Sulut. Setelah diberikan sedikit pemahaman dan rasionalisasi terkait Daurah Marhalah II oleh Ketua Umum KAMMI Daerah Kota Ternate, Akhi Safrudin, Wahib merasa sedikit percaya bahwa ia bisa ikut Daurah Marhalah II dari sikap awalnya yang ragu-ragu dan tak yakin. Ya, yang dia pikirkan saat itu adalah Daurah Marhalah II sebagai lanjutan pengkaderan karena ia sudah dilibatkan sebagai Pengurus Daerah. Ya, hanya sebatas itu sebagai proses pengkaderan. Wahib berpikir begitu karena ia masih dililit perasaan ragu-ragu akan kapasitasnya untuk diikutkan dalam Daurah Marhalah II ini. Menganggap sebagai proses pengkaderan lanjutan membuatnya lebih merasa tidak terbebani karena kapasitas diri.
Alur proses kaderisasi adalah rangkaian tahapan sarana kaderisasi yang harus dilalui oleh kader KAMMI sesuai dengan jenjang keanggotaanya yang dimulai dari Pra DM I hingga mendapatkan status AB 3 untuk kemudian terus berproses secara mandiri menjadi seorang Muslim Negarawan. Daurah Marhalah II merupakan daurah yang berfungsi sebagai sarana seorang kader untuk menjadi AB 2 KAMMI. AB 2 adalah akvitis KAMMI yang memiliki syakhsiyah da’iyah muharrikah (kepribadian dai yang mampu menjadi penggerak), mampu menjadi teladan di tengah masyarakat, menjadi teladan bagi gerakan mahasiswa, mengislamisasi ilmu pengetahuan pada bidangnya dan mempelopori penerapan solusi Islam terhadap pelbagai segi kehidupan.
Pertemuan pertama dengan Ketua Umum KAMMI Kota Ternate terkait pembahasan DM II ini, setelahnya mendapatkan informasi DM II diantaranya; sertifikat IJDK AB 1 atau sertifikat DM I, surat rekomendasi dari KAMMI Daerah, makalah dengan salah satu tema Pemuda dan Negara, Pemuda dan Literasi, Pemuda dan Aksi, Pemuda dan Reformasi (judulnya bebas yang terpenting jangan keluar dari tema), Uang Pendaftaran Rp 100.000, Pakaian; kemeja putih dan celana hitam, Hafalan Quran Surat Ar-Rahman ayat 1-40, Sholat Wajib dan Sunnah dilaksanakan dengan baik, Puasa senin dan kamis, Al-matsurah pagi dan petang, Tilawah 1 hari 1 juz. Begitulah penjelasan akh Safrudin.
Berselang beberapa harinya juga Wahib menyelesaikan makalahnya. Ia memilih dengan tema Pemuda dan Negara dengan judul “Simfoni Pergerakan Pemuda Untuk Kebangkitan Negara Sebagai Muslim Negarawan”. Tingkatkan pula amalan-amalan ibadahnya dengan niatnya karena Allah. Berusaha penuhi hafalan.
Setelah beberapa hari juga dan beberapa hari sebelum keberangkatan kita ke Daurah Marhalah II Sulut, kita melakukan pertemuan dengan Kaderisasi KAMMI Daerah Kota Ternate membicarakan lagi terkait SOP Daurah Marhalah II terkait tugas-tugas Daurah Marhalah II dan Pra Daurah Marhalah II. Untuk Pra Daurah Marhalah II, kami tidak mengikuti karena masih berada di Ternate (tidak berada di daerah penyelenggara). Bisa dikatakan pula penyampaian SOP DM II ini agak terlambat karena tinggal beberapa hari sebelum DM II dan keberangkatan kita. Tugas Daurah Marhalah II seperti penugasan beberapa artikel, pembuatan makalah, bahkan beberapa buku bacaan diantaranya; Al Islam (Said Hawa), Anatomi Masyarakat Islam (Yusuf Qardhawi), Sirah Nabawiyah (Ramadhan al-Buthi), Manhaj Haraki 1 dan 2 (Syaikh Munir al Ghadban), Pilar-Pilar Kebangkitan Umat, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus (Andi Rahmat), Menyiapkan Momentum (Rijalul Imam), KAMMI dan Pergulatan Reformasi (Mahfudz Siddiq), Muslim Negarawan (Taufiq Amrullah), Kapita Selecta KAMMI (Rijalul Imam, dkk).
Karena kapal laut yang berangkat ke Manado dalam waktu sebelum DM II hanya pada tanggal 26 Januari, maka pada tanggal itulah kita berangkat ke Manado untuk DM II, naiknya Marin Teratai.
Keberangkatan dengan kapal Marin Teratai, di atas kapal, kita ada yang almatsurat, tilawah, dan sembari pula menghafal surat Ar-Rahman ayat 1-40, ada yang membaca buku bacaan. Di atas kapal pula kita sholat ashar hingga subuh karena perjalanan dengan kapal memakan waktu satu malam, sekitar 15 jam mungkin. Yang berangkat ikut DM II saat itu adalah Wahib, Akhi Fahmi, Akhi Salim, Akhi Ma’rifal, Akhi Sahrul, Ukhti Ira sebagai peserta dan Ukhti Nita sebagai pendamping.
Paginya, 27 Januari, hari Minggu, kita tiba di Manado sekitar jam 7 mungkin. Dijemput oleh Akhi Tamsil dan Akhi Mikail serta Ketua KAMMI Daerah Sulut, Kak Alwan. Dan kader akhwat yang menjemput Ukhti Ira dan Ukhti Nita. Kita para ikhwan dibawa ke sekretariat DPD Manado. Ini sebagai tempat menginap kita sebelum agenda DM II terselenggarakan tanggal 01-03 Februari. Ya, kita peserta DM II dari daerah lain yang datang paling duluan. Datangnya 5 hari sebelum DM II terselenggarakan.
Setelah tiba di sekret DPD Manado, kita makan, mandi, setelah itu kita briefing dengan Kak Alwan, Ketum KAMMI Sulut terkait persyaratan DM II. Dan saat itu beberapa persyaratan yang sudah dipersiapkan ternyata diganti karena miskomunikasi. Diantaranya yang diganti adalah makalah dan hafalan. Makalah diganti dan disesuaikan dengan materi-materi DM II. Hafalan diganti Quran Surat Al-Anfal. Dan kita juga diajak untuk partisipasi dalam skrining peserta besoknya 28 Januari. Dalam skrining, presentasi makalah termasuk di dalamnya. Hari itu juga kita selesaikan makalah sebelum besok skirining dan presentasi. Makalahnya terkait materi DM II “Mengenal Wadah Perjuangan: Sejarah dan Transformasi Gerakannya Tafsir Paradigma Gerakan KAMMI” dan judulnya “Telaah Muslim Negarawan Sebagai Menata Kembali Kebangkitan Negeri”.
28 Januari, saatnya waktu skrining peserta, sebelumnya paginya kita ke rumahnya Mizwar, salah satu kader KAMMI Manado yang juga akan ikut DM II untuk numpangprint. Jam 14.00 kita ke tempat skirining. Awalnya kita mengisi IJDK, diisi dengan jujur karena Allah dan menjawab beberapa pertanyaan. Setelah beberapa orang yang sudah selesai menjawab akan mengikuti wawancara. Wawancara dibagi dua kelompok, satu kelompok yang sudah selesai duluan diwawancara oleh Kak Faris (Steering Comite). Kelompok ini Wahib, akhi Surono, akhi Fahmi, akhi Salim, dan akhi Utam. Dan kelompok yang satu lagi diwawancara oleh Akhi Rahman (Ketua KAMMI Universitas Samratulangi).
Dalam skrining ini, banyak hal yang Wahib peroleh dan menjadi perenungan besar baginya serta membuka pikirannya lebih luas dalam memandang, ditambah dipandu oleh Kak Faris yang memberikan pertanyaan serta mencoba menggali alur pikir kita. Pertanyaan dalam skrining terkait IJDK dan pertanyaan yang telah dijawab tapi tidak secara keseluruhan. Yang ditanya dan dibahas terkait permasalahan bidah, tata cara sholat kita sudahkah sesuai dengan sholat Rasulullah, tentang sunnah, sirah nabi, tentang paradigma gerakan KAMMI, gerakan pemuda sekarang dan era sebelumnya (1998), tentang para sahabat Rasulullah, tentang apakah orang non muslim masuk surga (jawabannya ada dalam surat Al-Waqi’ah), tentang tarbiyah, apakah tarbiyah punya dalilnya (jawabannya yang dilakukan Rasulullah di Darul Arkam), tentang kepemimpinan dalam Islam, tentang Khilafah, dan lain. Yang paling membuat Wahib jadikan bahan renungan adalah berbagai pemikiran terkait Islam, permasalahan bidah, tata cara sholat, sirah-sirah, cara mencapai khilafah. Wahib ingat kata Kak Faris, “Segala sesuatu harus berdasarkan dalil yang jelas karena sesuatu yang baik dimata manusia belum tentu benar dimata Allah bila tanpa dalil yang jelas”.
Masa-masa 5 hari sebelum agenda DM II adalah masa-masa pengiritan biaya, syuro terkait pengunanaan uang karena sudah kepepet, masak-masak sendiri, cuci baju, menghafal surat Al-Anfal, makan tahu tak mau makan daging (maklum daerah sebagian non muslim), goreng ikan, baca buku bacaan, baca makalah, persiapkan artikel “Mengapa Aku Mencintai KAMMI?”.
“Dalam pembuatan artikel itu yang menarik adalah artikel milik akhi Fahmi dan akhi Salim, luar biasa permainan kata mereka, serta kisah mereka, yang lebih luar biasa lagi bila ada yang baca artikel itu, aku rasa mereka tak percaya kalau melihat penulisnya, akhi Fahmi dan akhi Salim”, pikir Wahib sambil tertawa. Sehari sebelumnya juga datang peserta DM II dari KAMMI Luwuk, Akhi Armin dan Akhi Aswan, juga datang dari KAMMI Halsel, akhi Ilham dan akhi Kasman.
Jumat tepatnya tanggal 01 Februari, setelah selesai sholat jumat, kita ke Universitas Sam Ratulangi. Disana tempat berkumpul peserta DM II sebelum berangkat ke tempat kegiatan DM II. Setelah menunggu dan beberapa peserta yang telah berangkat dulu, sehabis sholat ashar kita ke tempat DM II. Ternyata tempatnya di Asrama Yonif 712/WT Kipan A Tateli, Manado. Asrama Kompi Tentara. Setiba disana terlihat ada lapangan yang luas, ada kolam-kolam ikan cukup banyak, perairan, dan yang pasti berwarna loreng, hijau hitam.