Dalam Sebuah Pencarian

M. Sadli Umasangaji
Chapter #21

Pencarian

“Ku buka kembali dan membaca tulisan-tulisanku, ternyata penuh dengannya, dia adalah KAMMI. Ada sebuah folder yang ku namakan “De Jour Of Mahasiswa Muslim Negarawan”. Ternyata semua catatan tentangnya, termaktub di situ. Mulai dari pertama kali aku menulis tentangnya, “Aku Pengurus Daerah?”, “KAMMI, Orang-Orang Hebat”, tentang kelompok liqo-ku “Al-Fath”, bahkan perasaan kritikku kepadanya dan orang-orang yang bergumul di dalamnya, “Tentang Mereka”, “KAMMI, Antara Amanah, Kondisi Kritis, dan Cinta”. Catatan-catatan tentang kegiatan-kegiatannya, agenda-agendanya, daurahnya, hingga aksi-aksi dan gerakan politiknya. Termasuk opini-opini tentangnya, terselip kritikku. Tentang catatan-catatan liqo. Memang setelah paska kampus aku lebih banyak bergumul dengannya (KAMMI). Maka tak heran jika dia (KAMMI) menjadi objek tulisanku. Mungkin ini hanyalah catatan merangkum kembali perjalananku saat bergumul dengannya”, kata Wahib dalam pikirannya. Beginilah Wahib sebagai seorang “pencari” dalam pencariannya. Tentang dakwah, teman seperjuangan, hingga masa-masa pencarian yang lain.

 

#

 

Mengajak seseorang dari kegelapan kepada cahaya Allah. Dakwah kalimat tauhid, La Ilaha Illallah. Dakwah itu istimewa. Karena ini jalan para Rasul. Inilah yang dirindukan. “Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik” (Q.S Yusuf : 12 : 108)

Dakwah itu amalan terbaik. Dakwah yang paling memungkinkan untuk menjaga amal Islami.

Dakwah itu mengajak pada kebaikan. Seseorang yang mendapat hidayah itu lebih daripada unta merah. Bahkan bukan hanya unta merah tapi bisa lebih dari bumi dan isinya. Bahkan ikan yang ada di laut pun mendoakan.

Orang yang ikut bisnis MLM yang bonusnya saja kelihatan pada semangat. Antum yang dapat sesuatu lebih dari itu malah semangatnya minim. Itu tidak ada apa-apanya dengan bidadari bermata jeli. Bukan hanya itu tapi surga bisa jadi jaminannya. Orang-orang masih suka pada yang tertampak.

Dakwah menghindari pada azab. Seperti kisah kaum Ad. “Dia (Nuh) menjawab. “Wahai kaumku! Aku tidak sesat, tetapi aku ini seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam. Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan hendakkah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat? Maka mereka mendustakan (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya (mereka) adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Q.S Al-A’raf : 7 : 61-64).

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S At-Taubah : 9 : 67).

Dakwah untuk perbaikan umat. Umat ini tidak akan baik kalau tidak mengikuti umat generasi awal. Pertama menerima materi dakwah di Arkan bin Arkam. Mushab bin Umair sebagai duta Islam yang melalukan dakwah dari rumah ke rumah.

Dua cita-cita dalam dakwah sebagai orientasi. Pertama, mengharapkan kehidupan Rabbani (Ahayatul Rabbaniyah). Harus dekat dengan al-Qur’an. “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S Ali Imran : 3 : 19).

 “Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata) “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (Q.S Ali Imran : 3 : 79).

Kedua, agar hidup menjadi berkah. Hidup dalam keberkahan. Interaksi dengan Allah, sholat dan membaca al-Qur’an. “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (Q.S Maryam : 19 : 31).

 

Begitulah beberapa catatan liqo Wahib tentang dakwah.

 

#

 

Kamu dimana

(Puisi Muhammad Iksan, Pojok Sastra Indonesia)

 

Di setiap gerakan

Di setiap pemikiran

Di setiap perlawanan

Kau yang mengajari kami

 

Kau yang mengajari kami

Tentang orasi perlawanan

Tentang sajak politik

Tentang siasat sosial

Tapi sekarang kau dimana?

 

Bahkan kabarmu hari ini tidak terdeteksi lagi

Engkau menghilang dari panggung ini

Panggung yang kau ciptakan sendiri

Panggung tempat kau melatih kami

 

Dulu orasi mu membangkitkan semangat kami

Sajak-sajakmu membuat kami melawan

Tindakanmu membuat kami pemberani

Sekarang kau dimana?

 

#

 

Pada tanggal 26-27 Desember dilaksanakan Musyawarah Wilayah KAMMI Malut di Hotel Safirna Transito. Dalam acara pembukaan dihadiri oleh Dewan Penasehat KAMMI Malut, Ibu Fahria Ishak. Dalam sambutan beliau mengungkapkan tentang sejarah KAMMI. Bagaimana KAMMI sebagai anak sah reformasi. Dengan segala aksi-aksi 1998 untuk menurunkan rezim pada waktu itu. Beliau juga mengatakan “Apapun profesi kita, kita adalah binaan pengkaderan murni, terbina di KAMMI, maka harus ada selalu ruang untuk bersua kembali”.

Dalam muswil ini juga ada pemaparan materi dari Ustad Ridwan Husen, Lc tentang “Untuk Apa Kita Berdakwah dan Kepada Siapa?”. Dalam mengisi materi Ustad Ridwan memulai dengan mengatakan “Saya sama saja dengan anda lahir dari gerakan mahasiswa. Kita dulu tahun 1993, kita aksi di depan istana. Bayangkan tahun segitu aksi di istana”.

Bicara tentang aksi, saya punya pengalaman. Tapi karena kita dulu ada masa (sembunyi). Dakwah ini, saya resmi bergabung dari tahun 1992. Dan saya tetap bertahan. Dan saya rasakan adalah terus makin cinta. Terus selalu jatuh cinta. Hanya karena pemahaman yang benar. Kita akan makin cinta. Cinta kita akan bersemi. Seperti Sayyid Qutbh yang tersenyum saat digantung. Olehnya itu tidak boleh ada erosi cinta.

Dakwah itu sama dengan sholat. Tiga syarat kita sebagai muslim sejati. Kalau tidak kita akan merugi. Pertama, beriman. Kedua, amal shaleh. Ketiga, dakwah. Dakwah adalah tuntutan. Itulah kenapa kita harus bergabung dalam dakwah. Dakwah sudah menjadi sebagian tuntutan yang harus kita penuhi. Kita bergabung karena kita melihat problematika umat. Seperti kalimat, dia bukan umatku, kalau ia tidak berpikir tentang problematika umat.

Lantas kita umat siapa? Muhammad atau bukan? Jadi tuntutan kita untuk memenuhi umat Nabi Muhammad. Sementara kita terlalu egois. Pernahkah nabi memikirkan dirinya sendiri? Nabi hari-harinya selalu memikirkan umat. Ikhwafillah, rezeki kita itu bukan dari pekerjaan kita. Rezeki kita itu dari yang menciptakan kita. Dari Allah.

Hidup dalam dakwah ini, rezeki kita gampang. Bila kita betul-betul mencintai dakwah. Dakwah ini milik Allah. Jagalah Allah, Allah yang menjaga kita. Pertama, ini tuntutan menggugurkan kewajiban. Kedua, menuntaskan problematika umat. Ketiga, jaminan Allah. Yang penting kita adalah dicintai Allah. Inti dari kehidupan itu adalah cinta Allah. Itu prinsip para nabi. Itu untuk apa kita berdakwah.

Kepada siapa kita berdakwah. Apa untuk jadi bupati, gubernur, anggota dewan, sekda, rektor. Apa untuk semua orang jadi kader KAMMI? Bukan. Intinya kita adalah menciptakan murabbi. Rugi kalau kita tidak para ketua-ketua itu tidak mampu menciptakan murabbi. Jadi kepada siapa kita berdakwah, mengajak kepada Allah.

Dulu kita dibina untuk menjadi sholeh dan mensholehkan orang lain. Dalam dakwah kita, kita punya organisasi dan punya aturan serta regulasi. Bila kita sudah paham untuk dan kepada siapa kita berdakwah. Maka mengapa kita malas-malasan liqo. Cerita tentang nabi Sulaiman dan burung hud-hud. Ibrahnya kita ingin sholeh dan mensholehkan orang maka kita perlu disiplin. Hud-hud harus datang membawa berita yang besar, begitulah cerita Nabi Sulaiman.

Halaqah sebuah tuntutan, sebuah kewajiban, sebuah keharusan. Dakwah itu amanah. Seperti Usamah bin Zaid ketika memimpin perang. Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan sebagai prajurit. Amanah itu hubungan kita dengan Allah. Amanah bukan dicari, tapi bila ada amanah diambil. Mungkin itu bagian dari cinta Allah.

Hidup juga amanah. Itu baru amanah hidup, belum amanah-amanah yang lain. Itu tergantung perspektif kita. Amanah adalah ladang pahala. Aktivis itu tidak ada pensiun. Maka berdoalah, Ya Allah berikan aku amanah dalam dakwah ini, dan berikan aku keikhlasan amanah itu, dan jangan engkau cabut itu dari hidupku hingga engkau cabut hidupku. Amanah adalah sarana untuk mendapatkan cinta Allah.

Dakwah bukan hanya bicara. Dakwah itu menularkan kesholehan pada orang lain. Dakwah itu mengajak pada kebaikan. Keliru pada pandangan dakwah. Mengajak kepada kebaikan, bukan terlebih dulu mencegah kemungkaran. Begitulah materi dari Ustad Ridwan Husen, Lc.

Dalam Muswil ini, PW KAMMI Malut memang terfokus untuk konsolidasi internalnya. Dengan mengusung tema “Mengokohkan Karakter Muslim Negarawan Lahirkan Generasi Berkualitas”.

Dengan segala dinamika yang ada, dengan segala gejolak yang ada tapi tak tertampak, dengan permainan penuh taktis yang tak terlihat, dengan segala guncangan-guncangan di belakang, dengan segala kecarut-marut permainan “di atas”, dengan segala pertempuran strategi “di belakang”.

Lihat selengkapnya