Langit sore itu berwarna oranye keemasan, memancarkan kehangatan yang perlahan meredup. Di tengah hiruk-pikuk kota, di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut jalan, seorang pria duduk sendiri di meja pojok. Ia menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong, seolah mencari sesuatu yang hilang.
Pria itu bernama Zero. Dengan rambut hitam legam yang acak-acakan dan mata tajam berwarna cokelat gelap, ia tampak mempesona. Di balik penampilannya yang dingin, tersembunyi hati yang lembut dan penuh kerinduan.
Zero adalah seorang fotografer terkenal yang sering kali mengabadikan momen-momen indah di seluruh dunia. Namun, di balik kesuksesannya, ada luka mendalam yang selalu menghantuinya. Luka karena kehilangan seseorang yang sangat dicintainya.
Saat ia tengah terhanyut dalam pikirannya, pintu kafe terbuka dengan bunyi denting bel kecil. Seorang wanita muda masuk dengan langkah ringan. Rambutnya yang panjang dan berwarna cokelat muda tergerai indah, dan matanya bersinar dengan kehangatan. Wanita itu bernama Momo.
Momo adalah seorang penulis lepas yang selalu mencari inspirasi di tempat-tempat yang tenang. Kafe kecil itu adalah salah satu tempat favoritnya. Tanpa sengaja, pandangannya bertemu dengan tatapan Zero. Ada sesuatu dalam mata pria itu yang membuat hatinya bergetar. Seperti ada cerita yang ingin diceritakan namun terpendam dalam kesunyian.