Keesokan harinya, Zero dan Momo kembali ke rutinitas mereka masing-masing, namun pertemuan semalam terus menghantui pikiran mereka. Zero, yang biasanya terfokus pada pekerjaannya, mendapati dirinya sering melamun, memikirkan senyum hangat Momo. Begitu pula dengan Momo yang sulit berkonsentrasi menulis karena bayangan Zero terus membayangi pikirannya.
Zero akhirnya memutuskan untuk menghubungi Momo. Dengan hati berdebar, ia mengetik pesan singkat, "Hai Momo, bagaimana kalau kita bertemu lagi? Ada tempat yang ingin aku tunjukkan."
Momo yang menerima pesan tersebut merasa hatinya berdegup kencang. Tanpa ragu, ia membalas, "Tentu, Zero. Kapan dan di mana?"
Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah taman kota yang terkenal dengan keindahan bunganya. Zero datang lebih awal, mempersiapkan kejutan kecil untuk Momo. Ketika Momo tiba, ia melihat Zero berdiri di tengah taman dengan kamera di tangan, siap mengabadikan momen indah.Zero kemudian mengajak Momo berjalan-jalan di taman, menunjukkan tempat-tempat favoritnya untuk memotret. Sambil berjalan, mereka berbicara tentang masa lalu dan impian masa depan. Momo merasa semakin dekat dengan Zero, merasakan bahwa di balik sikap dinginnya, terdapat jiwa yang penuh cinta dan kebaikan.
Di tengah percakapan mereka, Zero tiba-tiba berhenti dan menatap Momo dengan serius. "Momo, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan," katanya dengan suara bergetar.
"Momo, aku ingin mengabadikan senyummu di tempat ini," kata Zero dengan suara lembut.
Momo tersenyum malu-malu, tetapi ada sesuatu dalam tatapan Zero yang membuatnya merasa hangat. Mereka berjalan menyusuri taman, berbincang tentang banyak hal, dari masa kecil hingga impian mereka di masa depan.
Saat mereka duduk di bangku taman, Zero mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. "Aku punya sesuatu untukmu," katanya sambil menyerahkan kotak itu kepada Momo.
Momo membuka kotak itu dan menemukan sebuah kalung dengan liontin kecil berbentuk bintang. Matanya berkaca-kaca. "Zero... ini sangat indah. Tapi kenapa?"
Zero tersenyum lembut. "Karena kamu adalah bintang yang menerangi hariku, Momo. Aku merasa kita memiliki ikatan yang kuat, dan aku ingin kamu selalu mengingat momen ini."
Air mata mulai mengalir di pipi Momo. Ia tidak bisa menahan haru yang meluap-luap. "Zero, aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu."
Zero menghapus air mata di pipi Momo dengan lembut. "Jangan menangis. Aku ingin melihat senyummu."
Momo tertawa kecil di antara air matanya. "Kadang-kadang kebahagiaan juga bisa membuat seseorang menangis, Zero."