Damai Atas Luka

Nuriska Beby
Chapter #3

Kotak P3K

Sabtu pagi, Ghea masih berada di rumahnya. Menghabiskan sarapannya sembari berpikir akan pergi kerja mengendarai kendaraan apa hari ini. Hari sabtu adalah hari yang paling menyebalkan bagi Ghea. Sebab ia berada di antara hari libur (minggu) dan hari jumat (kerja setengah hari). Sedangkan sabtu ini Ghea bekerja full dari pagi hingga sore. Entahlah, ku rasa ini kantor teraneh sepanjang masa dibanding kebanyakan kantor yang memiliki jam kerja setengah hari pada hari sabtu. Kantor ini menerapkan jam kerja setengah hari di hari jumat. Alasannya karena sang pemilik perusahaan ingin semua karyawan laki-laki di kantornya melaksanakan ibadah sholat jumat dengan hikmat. Alhamdulillah kami punya atasan yang bijak dalam memberi kebebasan karyawannya untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai hamba Tuhan. Dan mungkin hal ini juga yang membuat Ghea sedikitpun tak pernah berpikir untuk mundur dari kantornya.


"Ghe, hari ini mau berangkat kerja naik apa?" tanya Ayah di meja makan.

"Belum tau, Yah. Enaknya naik apa, ya?" balas Ghea.

"Ayah kan libur kerja, kenapa Ghea gak pakai mobil saja?" saran Bunda.

"Ngga ah, Bun. Biasanya kan jam-jam segini macet," jawab Ghea.

"Betul itu. Ya sudah, pakai motormu saja," ujar Ayah.

"Hmmm...sepeda Ghea ada kan, Yah? Ghea mau pakai sepeda saja," kata Ghea sambil memasukkan gigitan terakhir roti dengan selai kacang di hadapannya.

"Ada, nanti biar Ayah minta Mang Ujang siapkan," sahut Ayah.

"Mang..."

"Mang Ujang..."

"Siap, Tuan."

"Tolong siapkan sepeda Ghea, mau dibawa ke kantor," perintah Ayah pada Mang Ujang-sopir Ayah.

"Siap, Tuan."

"Makasih yaa, Mang Ujang," sahut Ghea dibalas senyum dan anggukan dari Mang Ujang.


Selesai menyantap habis sarapan di piringnya, Ghea beranjak pergi ke kantor. Tak lupa ia berpamitan pada kedua orang tuanya. Ghea memakai helm sepeda sebagai pelindung kepala dan melaju mengayuh sepedanya menuju kantor. Hal-hal unik lainnya yang dimiliki sosok Ghea ialah bagaimana caranya tampil beda dengan kebanyakan manusia di bumi. Seperti pagi ini, ia memilih bekerja menggunakan sepeda yang pikirnya tak menyumbang polusi udara di pagi hari yang cerah ini. Selain itu, Ghea yang merupakan anak tunggal dalam keluarganya sedikitpun tak pernah menunjukan sikap manjanya. Ghea tetap pada diri seseorang yang mandiri dan pekerja keras.


Laju sepeda Ghea telah membawanya pada pertigaan terakhir sebelum lokasi kantornya. Ghea mulai kehilangan fokusnya saat seorang nenek terlihat akan menyebrang di ujung jalan sana. Saat kembali memalingkan wajahnya menuju jalanan di hadapannya, Ghea terlambat.

'Tiiiiiiiinnnn'

Suara klakson motor mengisi ruang telinga Ghea yang seketika membuatnya terjatuh cukup keras. Sontak beberapa orang yang melihat kejadian itu bergegas mendekat ke lokasi Ghea terjatuh. Memastikan wanita itu tak terluka parah. Ghea dibantu menepi oleh beberapa orang yang berada dalam kerumunan itu. Sebagian di antaranya memilih pergi mengejar pengemudi sepeda motor yang melarikan diri. Baret luka menghiasi kening, siku dan kaki Ghea. Beruntung ia memakai pelindung kepala sehingga tak terjadi luka serius di kepalanya.

"Terima kasih, Mba," ucap Ghea pada seorang wanita yang membantu memapahnya ke tepian.

"Sama-sama. Kamu bukannya karyawan PT. Angkasa?" ujar wanita itu.

"Iya, Mba."

"Kamu luka, lebih baik kamu ke rumah sakit untuk mengecek lukamu. Takut ada yang serius. Nanti biar aku sampaikan kabar tentangmu ke bagian absen karyawan."

"Iya, Mba. Terima kasih sekali lagi. Maaf merepotkan," ucap Ghea.


Lihat selengkapnya